Wednesday, January 22, 2014

Amesbury and Hospitality

21 Desember 2013, beberapa hari menjelang Natal, aku dan beberapa teman kantor yang tergabung dalam Jamscholar (nama ciptaan sendiri) ditambah 2 orang teman dari kelompok Cheveners (penerima beasiswa Chevening) beranjak dari London untuk mengunjungi salah satu situs tersohor yang menjadi icon dari Inggris-Raya dan sering nongol di Windows default wallpaper, Stonehenge!

Itinerary sudah disusun jauh hari sebelumnya, tapi jumlah peserta yang ikut masih belum fix dan akhirnya baru bisa beli tiket saat waktu keberangkatan sudah mepet. Jadilah harga tiketnya sudah agak melambung, tapi tetap dipaksakan untuk bisa terlaksana apapun konsekuensinya! :D

Ada 3 alternatif transportasi umum untuk berkunjung ke Stonehenge. Yang pertama adalah dengan menumpang kereta api dengan tujuan Salisbury. Kami tidak memilih perjalan menggunakan kereta api pada waktu itu karena harga yang sudah melambung terlalu tinggi dan waktu keberangkatan sudah terlalu mepet jadinya harga return ticket pada saat itu mencapai 50 poundsterling lebih. Harga yang sungguh keterlaluan karena harusnya bisa mendapatkan separuh dari harga tersebut kalau beli jauh-jauh hari. Train option was eliminated right after it!
Alternatif ke dua adalah dengan menumpang bus, dan saat itu yang murah dan waktunya sangat fleksibel adalah National Express. Ada beberapa maskapai bis (...halah..) yang menuju Salisbury, tapi pada saat itu kami memilih National Express lebih karena harga yang masih murah dan waktu yang fleksibel.
Alternatif ke tiga adalah dengan mengikuti tur yang banyak diselenggarakan dan ditawarkan melalui email. Khusus untuk student, memang mendapatkan harga khusus dan potongannya lumayan untuk sekali makan di London dan berkesempatan mengunjungi dua lokasi wisata sekaligus, Stonehenge dan Bath, tempat yang juga terkenal dengan arsitektur yang cakeep. Sebenarnya pilihan yang satu ini sangat menarik dan masuk kategori super hemat, tapi kami lebih memilih untuk jalan sendiri karena selain waktu jadi lebih fleksibel, pengalaman yang didapat saat perjalanan menuju Stonehenge jadi lebih banyak dan merupakan pengalaman yang gak bakal bisa dilupakan :)

Waiting at Victoria Couch Station Gate 5

Tiket bus National Express sudah dibeli melalui layanan online dan kamipun sudah standby di Victoria Couch Station 15 menit sebelum jam keberangkatan yang ditentukan. Antrian di depan gate keberangkatan saat itu sangat padat. Dengan total sekitar 20 gate keberangkatan semuanya penuh sesak. Sepertinya trend mudik hari raya juga berlaku di negara ini. Begitu masuk di dalam bus, ternyata hanya beberapa kursi yang terisi dan bus pun langsung berangkat saat penumpang yang antri untuk naik sudah on-board semuanya. Mungkin karena saking nyamannya transportasi di negara ini, walaupun di musim mudik, bus tidak terlalu penuh dan tetap nyaman. Mungkin karena banyaknya frekuensi keberangkatan bus yang membuat jumlah penumpang tidak terlalu banyak. I consider my self as lucky enough to ride a couch in comfort! :)

Menyusuri jalur ke luar kota London menuju ke Bandara Heathrow, salah satu bandara terpadat di dunia, hujan turun dan situasi saat itu sedang sangat mendung. Sangat tidak cocok sebenarnya untuk aktifitas outdoor. Tapi seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, "apapun konsekuensinya"! Jadi hujan ya tebas aja :p
Sekitar 3 jam perjalanan kami pun sampai di Amesbury dan turun di terminal bus di desa itu sementara bus melanjutkan perjalanannya menuju tujuan terakhirnya di Salisbury. Kami memilih turun di Amesbury karena berdasarkan informasi dari website resmi Stonehenge dan juga warga Indonesia yang tinggal di situ, perjalanan ke Stonehenge dari Amesbury bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 45 menit. Sedangkan kalau turun di Salisbury kita harus menyewa transportasi lagi untuk bisa ke lokasi Stonehenge karena jarak tempuhnya bisa bikin kaki gempor, sekitar 9 mil! 


Jalan lumayan menanjak, but still fun!

Berbekal aplikasi peta di iPhone dan uang tunai secukupnya, akhirnya kami melanjutkan jalan kaki menuju Stonehenge setelah sebelumnya berhenti sejenak untuk makan siang. Perjalanan dengan jalan kaki selama 45 menit gak seperti yang dibayangkan! Kalau sebelumnya kepikiran jalan kaki 45 menit di Indonesia sama aja dengan membakar kalori setara dengan lari maraton, jalan kaki di Inggris, khususnya daerah country-side, sangat nyaman karena udara yang dingin dan area pejalan kaki yang memadai membuat perjalanan jadi enteng. Lewat 30 menit perjalanan kamipun akhirnya menemui plang bertuliskan STONEHENGE dan setelah celingak-celinguk beberapa saat akhirnya dari kejauhan batu-batu yang disusun itu kelihatan, walaupun bentuknya dari kejauhan lebih seperti komedo di hidung Hulk. :p

Komedohenge, can you spot it? :D

Sayangnya setelah tulisan di plang itu, area pejalan kaki berubah menjadi rumput dan lumayan susah dilewati karena bechek dan gak ada ojhek. Well, stick to the plan, kita bablas aja! Dengan medan yang rumit dan jalan yang ternyata muter agak jauh, kami sampai di area Stonehenge dengan kondisi yang sudah cukup gelap. Sialnya lagi, kami datang bertepatan dengan Winter Solstice, hari pertama masuknya musim dingin, dan kabarnya akan diadakan ritual disana, jadi khusus hari itu Stonehenge tutup lebih awal. Mungkin itu juga sebabnya banyak orang yang menginap di sekitaran lokasi wisata dengan memakai mobil, malah ada yang cuma berbekal tenda, dan yang paling niat ada yang membawa trailer lengkap dengan istrinya (atau mungkin bukan istrinya) :p

Grass walkers!

Jadinya kami hanya sempat berfoto sebentar di lokasi luar pagar, dimana batu-batu itu bisa terlihat. Setelah itu kamipun menuju arah kota melewati rute yang lebih dekat (ini berkat informasi dari tour leader dari Salisbury). Kami berjalan dalam kondisi yang gelap gulita dan hanya berbekal lampu kecil dari powerbank untuk bisa menembus padang rumput dan sampai di jalan raya tempat plang Stonehenge berdiri. (Sh*t) tau gitu gak perlu muter jaoh-jaoh kalau sebelumnya kita sadar pagar yang kita ragukan keabsahannya ternyata gak dikunci. Damn...

Full team, minus Me!

Me, minus full team! :p

Kami pun langsung menuju rumah seorang WNI yang bekerja di Amesbury, sekali lagi dengan berbekal aplikasi peta dan kode pos rumahnya. Kami berjalan melalui jalan tembus yang lebih seperti hutan, dengan sepatu yang sedikit basah (thanks to tai kebo ataupun domba yang banyak bertebaran di lokasi foto sebelumnya) dan celana yang juga belepotan karena lumpur. Gak terlalu susah untuk bisa menemukan rumahnya karena bantuan dari peta (jadi inget kenapa Dora the explorer selalu mengingatkan tentang peta) dan setelah beberapa menit berjalan kamipun sampai di rumah yang nyaman dan disambut ramah oleh pasangan Algeria-Indonesia dan anak laki-lakinya. :)

Sempat diajak sebentar untuk belanja kebutuhan makanan untuk kemudian kembali lagi ke rumah untuk makan malam. Setelah makan, aku ambil gitar dan mulai memainkan (..yeaah..) tapi gak lama setelah itu, langit cerah dan kondisi pedesaan yang menggiurkan jadi menggerakkan aku untuk mengambil kamera dan mulai ber-slowspeed ria. Pemandangan malam yang menakjubkan dengan langit cerah dan... aaah bener-bener mirip seperti scene film werewolf, Harry Potter dan lain-lain. Sebenarnya lebih terkesan horor, tapi kami semua tidak merasakan aura horor! yang ada cuma amazed!

In love with this night view!

Sedang asik mengambil gambar dengan durasi 15-20 detik per-jepret, tiba-tiba dari arah rumah terdengar gonggongan anjing dan sekelebat aku melihat 2 ekor anjing (yang malam itu aku belum tau jenisnya) lari keluar dari rumah sebelah ke arah hutan. Sebelum anjing-anjing itu sadar bahwa ada orang asing di wilayah hutannya, aku dan 2 orang lainnya lari sekencang-kencangnya dengan menggenggam tripod dan kamera ke arah rumah tempat kami menginap. Masih beruntung kami saat itu masih bisa masuk walaupun sebenarnya anjing-anjing itu sudah bisa menangkap salah satu dari kita! Di sini lah sisi horor dari hunting malam di Amesbury, bukan karena vampir atau penyihir jahat dan manusia serigala, tapi karena anjing penjaga, Hell Hounds! Grrr.....

Can you read it? ha! :p

Our view before sleep.

Malas memikirkan urusan doggy, kamipun langsung tidur setelah sebelumnya jepret-jepret di dalam rumah, masih dengan menggunakan teknik slowspeed.

Tidur dengan kenyamanan hotel berbintang, itu yang aku dan kawan-kawan rasakan (kecuali seorang Jamscholar yang tidur di ruang tamu, dengan sofa yang cukup nyaman, karena cewek satu-satunya) :D

Kamar yang nyaman, kasur yang empuk dan hangat, what a good way to end a hilarious tiring day! Next, a visit to Salisbury Cathedral will be told right after this one! :)

Cheers,

Sunday, January 19, 2014

London Photohunt 2013

Beberapa minggu setelah kedatanganku di London, komunitas fotografer terbesar di Indonesia menyelenggarakan event tahunan yang diberi nama FN Street Hunting dan dilaksanakan serempak di hampir seluruh pelosok nusantara. Tapi sayangnya untuk street hunting kali ini aku terpaksa gak terlibat karena sudah berada di London. Walaupun sebenarnya bisa-bisa saja untuk mengadakan event tersebut di London, tapi karena masih awam dengan peta geografis dan kebudayaan lokal yang menarik untuk di jepret, jadilah aku cuma bisa gigit jari saat street hunting berlangsung.
Tapi memang yang namanya nasib baik, kurang lebih sebulan setelah event di Indonesia diadakan, komunitas fotografer universitas se-Inggris Raya, also known as National University Photographic Society, juga mengadakan acara serupa dan kebetulan tempatnya kali ini adalah di London. Sudah pasti aku harus ikut event ini sebagai pengganti hunting jalanan tahun 2013 yang terlewatkan di Indonesia.

Karena acara ini termasuk acara yang tergolong massive, melibatkan semua peminat fotografi di seluruh universitas ataupun kampus di Inggris Raya, jadi pendaftaran juga disarankan melalui komunitas fotografi di universitas atau kampus tempat kita menimba ilmu :p (supaya koordinasi lebih gampang).
Yang jadi masalah adalah aku sama sekali gak tau tentang komunitas fotografi di universitasku, pertama aku pikir karena aku tidak mengikuti kegiatan induction, semacam ospek (tapi jauh lebih bermanfaat dibanding ospek di negara tercintah), tapi ternyata memang komunitas fotografi di universitasku ini bukanlah komunitas resmi alias komunitas yang digagas secara inisiatif doank supaya bisa mengikuti event-event seperti yang akan diadakan komunitas nasional sekelas NUPS, National University Photogaphic Society.

Dengan bantuan dari seorang kenalan di PPI-London (perkumpulan pelajar Indonesia), akhirnya aku bisa menemukan link facebook page dari komunitas kampusku, yang belakangan aku ketahui ternyata memang komunitas dadakan. Di situlah aku daftar diri untuk ikut di kegiatan photohunt NUPS karena selain lebih mudah di koordinir, harga pendaftaran juga jauh lebih murah (2.50 pound sterling) dibanding daftar on-the-spot seharga 5 pound. Sebenarnya agak risih dengan bayar-membayar, tapi apa yang kita bayar ternyata memang sebanding dengan apa yang kita dapat. 

Kalau di Indonesia, untuk mengikuti kegiatan hunting bareng seperti ini cukup dengan menghubungi kontak person dan ketemu di tempat yang ditentukan untuk langsung start ke kegiatan utama. Di London, semua sudah terorganisir! Setelah pembayaran diterima namaku sudah langsung digabungkan ke salah satu grup yang dipilih secara acak (diusahakan tidak ada orang yang saling kenal dan semua berasal dari universitas berbeda) karena selain kumpul fotografi, acara ini juga bertujuan untuk bersosialisasi dan bertukar pengetahuan antara siswa dari berbagai universitas, jurusan dan pengalaman.

On the spot

Tepat di hari-H aku dan seorang temanku yang ikut secara mendadak dan akhirnya membayar 5 pound tiba di Jubilee Garden, tepat dibawah London eye di sisi selatan sungai Thames yang tersohor. Ketua komunitas fotografer universitasku yang belum pernah ketemu langsung in-person dan ternyata terlambat hari itu sedikit membuat frustasi. Tapi tanpa dia pun, akhirnya aku bisa menemukan kelompokku berbekal beberapa lembar kertas dan 1 peta stasiun Tube Underground London.

City University Photo Society
Family Portrait

Setelah semua bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang dan melakukan ritual foto keluarga, tiba saatnya untuk melakukan sesi hunting yang ditunggu-tunggu. Pada photohunt ini, perbedaan yang sangat kontras dengan apa yang pernah aku ikuti di street hunting Pontianak adalah adanya misi atau temuan yang harus kami capture untuk memenangkan hadiah yang nantinya diberikan kepada peraih temuan terbanyak dengan tepat sesuai dengan yang ditentukan. Walaupun sampai tulisan ini turun, aku belum dengar siapa akhirnya yang memenangkan kompetisi itu :p

Find, adalah misi yang harus kami jepret dengan kamera kami, dimana salah satu atau beberapa orang dari kelompok harus ada di dalam foto dengan misi Find tersebut. Misi lainnya adalah Theme, dimana sebelumnya telah di tentukan tema apa yang harus kita jepret dan masing-masing orang mendapatkan 2 foto tema yang harus dijepret. Find-list total ada sekitar 30 misi dan Theme-list sebanyak 10 tema. Inilah yang harus kita jepret selama seharian penuh menjelajah kota London dengan menggabungkan jalan kaki dan transportasi umum untuk menghemat waktu perjalanan. 

One of Find-list, People at Work

One of Theme-list, Clouds

One of Theme-list, Water


Selama berjalan, kami bertukar cerita dan sesekali berhenti untuk mengambil gambar entah Find ataupun Theme yang ditentukan. Aku sendiri sempat merekam beberapa gambar yang ada di dalam Find-list walaupun kami semua sepakat bahwa untuk Find-list hanya 1 orang yang mengambil gambar dengan kameranya untuk mempermudah melakukan upload foto saat submit nanti. Sementara untuk foto Theme, kami tentukan kemudian dan karenanya kami berusaha mengambil banyak gambar untuk misi Theme ini yang nantinya akan kami pilih di tempat terakhir yang kami kunjungi, Pub.

One of Harry Potter's scene location

Group 7 in St. James's Park

Find-list, Leadenhall Market


Saat hari mulai gelap, kami memutuskan untuk sesegera mungkin mengakhiri kegiatan foto kami karena selain jumlah Find-list yang 95% berhasil kami jepret dan Theme-list yang semua sudah kami dapatkan, dinginnya musim gugur juga memaksa kami semua untuk setuju mengakhiri kegiatan kami dan menuju tempat pertemuan terakhir, Pub. Di sini lah tempat Find-list terakhir dimana kami diharuskan berfoto bersama dengan kelompok masing-masing di dalam Pub tersebut. Tempat yang strategis dan interior klasik bergaya barat jadi kelebihannya (eh, emang ini di barat yakk...) :p

Find-list, Dolphin

Theme-list, Lines

Find-list, St.Paul Church

Autumn's color

Find and Theme list

Satu per satu kelompok mulai berdatangan dan memesan makanan ataupun minuman, alkohol ataupun coklat hangat. Dan saat itu aku seperti biasa cuma memesan secangkir kopi mocha, selain karna halal itu juga menu yang paling murah! :D
Sama seperti teman-teman kelompokku yang lain, 2 orang cewek di kelompokku juga memesan secangkir kopi dan coklat panas. Well, kalo mereka alasannya bukan karena halal atau gaknya, tapi karena memang menu yang paling murah di Pub itu ya memang yang pakai cangkir :p
Sejenak ngobrol dan menentukan apa yang harus kami upload saat submission nanti, aku pun baru sadar bahwa di kelompok kami, semua orang berasal dari negara yang berbeda. 1 orang cewek dari Bulgaria, cewek yang satunya lagi asli Inggris, dan aku dan 2 cowok lainnya berasal dari Indonesia, Malaysia dan Singapura. Baru sadar kalau ternyata kita itu tetanggaan di Asia! :D

Only for NUPS member! :D

The Counting House Pub

Group 7 at The Counting House Pub

Setelah beberapa waktu akhirnya satu persatu dari kami memutuskan untuk pulang sementara cewek-cewek di kelompokku mulai bergabung dengan teman-teman dari universitas mereka masing-masing. Kesimpulannya, hunting kali ini benar-benar beda and worth every pounds.

See you in another photohunt guys! Cheers.

Sunday, January 5, 2014

Teori Hantu Internasional

Yaapppp.... sampai jam 12 malam merenung gak jelas, dan akhirnya terlintas di pikiranku untuk nulis masalah yang cukup bikin penasaran, kenapa hantu di Indonesia tidak muncul di wilayah Inggris Raya? Padahal banyak warga Indonesia yang tinggal dan (bahkan) meninggal di negara ini. Well, berdasarkan hasil renungan malam ini, akhirnya aku sampai pada 5 kesimpulan, bahwa :

1. Adanya perbedaan iklim dan cuaca antara Indonesia dan Inggris menyebabkan tidak munculnya jenis-jenis hantu Indonesia di negara ini. Bayangkan saja kalau hantu jenis pocong, kuntilanak atau sundel bolong dengan pakaian yang hanya kain putih tipis, apalagi sundel bolong yang notabene bajunya juga ikut bolong, beredar di wilayah sedingin Inggris. Apa jadinya mereka nanti ? Belum lagi tuyul, apa dia sanggup nyolong duit cuma pake kolor doank?!

2. Perbedaan budaya otomatis memegang peranan penting sebagai dampak hantu-hantu Indonesia tidak go-internasional. Dengan pakaian yang seadanya seperti itu, mereka jelas tidak bisa ikut bergabung dengan hantu-hantu eropa yang mayoritas mengenakan pakaian lengkap, formal dan terkesan mewah. Bahasa juga menjadi kendala bagi mereka karena target sasaran mereka mayoritas adalah orang asing yang mungkin tidak paham bahwa mereka adalah hantu yang sedang berusaha mencuri perhatian.

3. Perbedaan zona waktu juga sepertinya berpengaruh besar. Bagaimana tidak, dengan perbedaan waktu 7 jam di musim dingin dan 6 jam di musim panas antara Inggris dengan Indonesia, membuat mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan kerabat, keluarga ataupun Raja hantu di negara asalnya. Saat rekan-rekannya bersiap untuk kembali ke kandang, rekannya di wilayah seberang sedang bersiap untuk keluar kandang. Dan begitu seterusnya. Memilukan

4. Jam kerja adalah faktor yang paling membuat hantu Indonesia tidak beredar di luar negeri. Bisa dibayangkan jika rekan-rekan mereka di Indonesia terpatok 10-11 jam kerja sepanjang tahun, hantu di Inggris mendapatkan variasi jam kerja sesuai dengan musim. Di musim dingin, malam lebih panjang daripada siang. Jam kerja mereka dimulai sejak pukul 4 sore (karena hari sudah gelap) dan berakhir pukul 8 pagi (karena matahari baru terbit). Ini menimbulkan kesenjangan bagi hantu-hantu yang bertugas di Inggris Raya. Jam kerja yang melebihi batas ditambah dengan target pencapaian perhatian yang tinggi membuat hantu enggan ke luar negeri. Walaupun nantinya akan berbalik pada saat musim panas, dimana mereka bertugas paling lama hanya 6 jam sehari.

5. Alarm atau penanda dimulai atau berakhirnya sebuah shift gentayangan juga sangat besar pengaruhnya terhadap penugasan di luar negeri. Di Indonesia, setiap adzan berkumandang, itu digunakan sebagai penanda bagi para hantu untuk memulai atau mengakhiri akitifitasnya. Adzan maghrib untuk shift tugas dan adzan subuh untuk mengakhiri shift tugas. Sementara bagi mereka yang di Inggris, jumlah masjid sangat sedikit, kalaupun ada tetap tidak terdengar adzan karena memang di negara ini muslim adalah umat minoritas dan suara kumandang adzan tidak diperkenankan. Hanya beberapa wilayah saja yang bisa mengumandangkan adzan seperti seharusnya. Hal ini jelas berbahaya bagi mereka yang sedang bertugas. Kalau hanya terlambat bertugas, itu bukan masalah yang berarti. Tapi bagaimana mereka mengakhiri tugas kalau adzan subuh tidak terdengar ? Akan sangat fatal bagi mereka karena bisa bertemu langsung dengan matahari. Bukannya mengakhiri jam tugas, tapi malah mengakhiri masa tugas sebagai hantu internasional.

Well, hanya sampai disitu hasil pemikiran malam ini. Hasil dari renungan atas kegalauan disertasi yang menyimpang. Kurang lebihnya dimaklumi saja, harap maklum ya! :D

Terima kasih :D
*undurdiri

Birmingham

Rutinitas kuliah term pertama di City University berjalan normal dan seperti perkuliahan biasanya. Beneran normal sampai kadang bingung kenapa gak ada perbedaan antara kuliah di Indonesia dengan disini, cuma bahasa saja yang membedakan. Kuliah sebenarnya gak menyita banyak waktu, tapi metode reading list yang diterapkan emang butuh ekstra waktu untuk bisa paham materi yang disampaikan. Selang beberapa minggu pertama perkuliahan, aku pun harus menyediakan waktu untuk menyempatkan diri menjelajah negara ini, seperti yang sudah aku ikrarkan sebelumnya. Kebetulan dalam waktu dekat, organisasi pelajar Indonesia, dikenal dengan nama PPI-UK, menggelar pertandingan olahraga antar pelajar Indonesia se-Inggris Raya. yaayy!! :p

Singkat cerita, pada hari-H, aku dan beberapa orang lainnya bersiap menuju Birmingham, kota dimana University of Birmingham menjadi tuan rumah untuk lomba kali ini. Tiket sudah dibeli dan siap untuk berangkat. Tapi sebelumnya aku mau cerita sedikit mengenai metode pembelian tiket kereta di sini. Sistem pembeliannya sudah menganut sistem online tapi untuk bukti fisik tiket tetap harus mengambil tiket yang dicetak di stasiun terdekat, dimana mesin pencetak tiket atau counter tiket resmi tersedia (tidak bisa dikirim melalui email) dan kemungkinan besar ini berlaku untuk semua pembelian tiket kereta. Pertama kali beli aku agak bingung tentang bagaimana cara pengambilan tiket kereta. Karena keberangkatan kami semua ke Birmingham tepat pada pukul 7 pagi, sedikit lebih awal karena harga yang murah, aku akhirnya memutuskan untuk mengambil tiket terlebih dahulu beberapa hari sebelum hari-H saat kebetulan melewati stasiun dekat kampus.

Ticket Collection Point

Mesin Pencetak Tiket

Pengambilan tiket yang dibeli online bisa diambil di mesin pengambilan tiket yang mencetak langsung semua tiket yang dibeli dalam satu kode booking. Saat itu aku membeli tiket untuk dua orang return ticket ke Birmingham dan dalam satu kali perjalanan akan dicetak dua kupon per orang ditambah satu kupon bukti penerimaan. Hasilnya, kupon yang aku terima untuk tiket tercetak sebanyak delapan lembar kupon ditambah satu bukti penerimaan, totalnya sembilan! bingung waktu pertama kali nerima tiket sebanyak itu, akhirnya aku putuskan untuk bertanya ke petugas dan mendapatkan penjelasan yang rinci. Well, I got it! :)

Setelah sehari sebelumnya membeli bekal untuk cadangan makanan selama di perjalanan, pagi harinya kami bangun sedikit telat dan hasilnya kami harus berlomba dengan waktu. Jam menunjukkan pukul 06.56 saat kami tiba di Euston station, tempat dimana Virgin train akan menjemput kami menuju ke Birmingham. Kami berlari sebisanya untuk dapat mencapai kereta yang sudah menunggu dan ternyata belum ditinggal, hanya tersisa 3 menit saat kami menunjukkan tiket masuk dan akhirnya bisa santai berjalan menuju kereta. Posisi gerbong kami ada di bagian depan, jadi kami harus berjalan dari pintu masuk platform dimana gerbong paling akhir dari kereta persis di depan pemeriksaan tiket. Sedang santainya berjalan, tiba-tiba pintu kereta tertutup dan kami langsung shock!! Buru-buru kami menuju pintu masuk terdekat dan menekan tombol untuk membuka pintu, untungnya masih bisa terbuka. Demi alasan keamanan (biar gak ditinggal), akhirnya kamipun berjalan di dalam kereta melewati gerbong demi gerbong sampai dimana kursi berhadapan dengan soket listrik yang sudah aku reserved sebelumnya berada. Belum selesai kami mengatur barang-barang dan tas di tempat yang disediakan di atas kursi kami, kereta sudah berjalan meninggalkan Euston Station secara perlahan. Aku dan temanku cuma bisa bengong, masih untung gak ditinggal! Tidak ada pemberitahuan kereta akan segera berangkat (atau mungkin karena kita telat, jadi gak denger) tiba-tiba saja kereta meluncur. Duuhh legaa sudah masuk di gerbong kereta. :p

Kereta eksekutif harga ekonomi :p

Sepanjang perjalanan, kami untuk pertama kalinya diperlihatkan pemandangan daerah pedesaan Inggris Raya yang hijau dan berkabut pagi itu. Bener-bener harus dijelajahi yang namanya country side di UK. Sambil ngemil dan berusaha menghemat bahan baku perjalanan, kami sesekali berbicara dengan penumpang lain yang kebetulan juga pelajar di London. Sampai akhirnya dia turun di salah satu stasiun pemberhentian kereta dan kamipun akhirnya melanjutkan aktifitas mengunyah kami sampai akhirnya tiba di Birmingham.

Poser :D


Keluar dari kereta kami bergabung dengan 1 orang kawan yang duduknya terpisah di gerbong lain dalam kereta yang sama dan dia juga salah satu peserta lomba perwakilan dari Lancaster (harusnya London, tapi karna telat daftar, jadinya masuk ke Lancaster). Kami keluar dari stasiun dan berusaha mencari pemberhentian bus terdekat untuk mengantar kami ke University of Birmingham, tempat dimana lomba diadakan. Kamipun akhirnya naik ke bus dan membeli one-day-travelcard supaya aman kalau nanti mau jalan muter-muter keliling kota. Padahal seharusnya kami bisa membeli tiket grup yang jauh lebih murah daripada beli tiket masing-masing orang. Pelajaran yang berharga kalau mendatangi kota-kota di luar London, cari kemungkinan tiket bus termurah!! Dan satu lagi yang gak boleh dilupakan kalau bepergian dengan bus di Birmingham, jangan lupa bawa gadget! karena tidak seperti di London, bus kota di Birmingham tidak dilengkapi dengan pemberitahuan bus stop. Jadi, dengan aplikasi peta di gadget, dijamin gak bakal sesat!

Foggy Birmingham

Turun dari bus, kami langsung menuju lokasi perlombaan dengan berjalan mengitari kampus yang ternyata luar biasa luas!! University of Birmingham, dengan posisi kampus yang berada di satu area luas, aku sempat beranggapan bahwa universitas ini mirip dengan UGM di Jogjakarta, luas dan terintegrasi. Tapi dari segi penataan, lingkungan, pemandangan, fasilitas dan banyak lagi, aku sadar kalau ternyata aku belum pernah lihat ada kampus seperti ini di kampung halaman. :p

University's Main Building

Another poser :p

Salah satu area University of Birmingham


Kami akhirnya sampai di gedung olahraga, tempat dimana kompetisi tahun lalu diadakan. Dan ternyata lokasinya pindah di fasilitas olahraga berbeda di sisi lain dari area universitas, tempat dimana kami semua turun bus pertama kali. Ou yeah! akhirnya kami harus berjalan lagi dan lagi... Great!!

Main catur, anyone? :p

Setelah tempat olahraga diketemukan, peserta lomba langsung menuju arena dan kami sebagai penonton sekaligus suporter yang baik harus mendukung, tapi setelah makan pastinya! :D
Setiap ada event Indonesia seperti ini, yang namanya bazar makanan gak boleh dilewatkan. Selain ada makanan nusantara, bahan baku masak seperti bumbu dapur, sambal terasi, tempe dan kawan-kawannya banyak dijual di bazar. Kesempatan seperti ini harus dimanfaatkan dengan memborong! :p

Lokasi bazar makanan nusantara :D

Setelah makan nasi rames dan ketoprak, kami pun kembali menuju arena perlombaan untuk menonton pertandingan badminton secara maraton sehari penuh, dari penyisihan sampai final. Sampai akhirnya tim yang kami dukung tersingkir dan hanya meraih juara 3 Badminton ganda putra. Well, gak masalah, yang penting fun.

Keluar dari arena olahraga, kami berhenti sejenak untuk menikmati pertandingan rugby, dan saat kami sampai pas banget acara pembuka pertandingan, which is waktunya cheerleader beraksi. :p

Rugby!

Gak motret cheerlead beneran, yang KW juga boleh :D

Hanya sebentar kami menonton pertandingan rugby karena terikat dengan jadwal kereta yang sudah mepet, kamipun langsung menuju stasiun kereta dan stand by di warung mas Donald di stasiun untuk mengisi perut. Baru setelahnya kami naik ke kereta London Midland dengan pemberhentian sebanyak 24 stasiun! beda dengan Virgin train yang hanya berhenti di 4 sampai 5 stasiun. Pfftt... namanya aja tiket murah!

Ganti kereta di sini!

Bukan cuma banyaknya pemberhentian yang bikin semua penumpang boring, tiba-tiba di stasiun Northampton semua penumpang menuju London harus berganti kereta karena kereta yang kami naiki ternyata hanya berhenti sampai di Northampton. Damn! Dinginnya malam (sekitar 5 derajat) yang membuat semua penumpang malas untuk turun dan menunggu kereta pengganti datang. Walaupun hanya menunggu 30 menit, tetap saja udara dingin terbukti memperparah tingkat kebetean kami semua. Untungnya dalam perjalanan pulang, kami semua yang datang dari London menumpang kereta yang sama, jadi banyak teman untuk mengobrol.

Waiting for the train

Moving to other platform

Finally train to London!

Satu hal lagi sebenarnya yang aku dan kawanku kuatirkan. Tube dan DLR (kereta underground dan overground) terakhir menuju ke flat kami adalah pukul 00.45 dan waktunya sangat mepet dengan jadwal kedatangan kami di Euston station. Tapi namanya nasib masih baik, jam 00.30 kami lari menuju Tube di Euston station dan berganti kereta di stasiun bawah tanah Bank untuk berganti dengan DLR pada pukul 00.55. Untung masih terkejar kereta terakhir. Jadilah kami amaaan sampai di flat 20 menit setelahnya.

What a day! walaupun cukup melelahkan, tapi seru! Semua kota di UK, memang pantas untuk di jelajahi! Every pence spent is worth it! :)