Friday, November 1, 2013

First Day in London

Terbangun dari tidur yang tidak diduga esok harinya, waktu masih dini hari untuk wilayah London, aku bingung mau beraktifitas apa sepagi itu. Jadi lah tidur-tiduran sambil mikirin rencana kegiatan paginya sampai masuk waktu subuh dan aku sholat subuh untuk pertama kalinya di London. :)

Jam 7 pagi, aku turun ke lantai bawah untuk menyantap sarapan yang disediakan di wisma, self service breakfast, mulai dari manggang roti, bikin teh atau kopi sampai cuci peralatan makanan yang kita pakai, just make your self home! Pagi itu aku langsung nyerbu roti dan telur rebus. Gak tau apa karena lingkungan atau emang kondisi yang mengatakan bahwa hanya makan roti 2 lapis, 1 telur rebus, segelas teh dan 1 apel bisa bikin perut bertahan sampai jam makan siang. Aku aja masih gak percaya sampai sekarang :D

Selesai dengan sarapan, aku dan seorang teman bersiap-siap untuk pergi menjelajah kota kecil ini (excuse me?! ) :p
Kota ini gak ada kecilnya sama sekali, berbekal sepatu yang masih agak terasa sempit dan telapak kaki yang jarang diasah untuk jalan jauh, kami jalan menuju stasiun tube terdekat dari wisma, Willesden Green. Setelah ambil peta, kami antri di loket untuk beli tiket tube. Aku pribadi belum terlalu familiar dengan mesin tiket karena selain masih awam soal tiket one way, Oyster dan kawan-kawannya, mesin di stasiun kadang antriannya lebih banyak dan ada beberapa mesin yang hanya bisa melakukan pembayaran dengan uang pas atau dengan kartu debit. Untuk duit pas otomatis kita gak punya karena baru datang dan pecahan poundsterling yang paling kecil adalah 20 poundsterling dan untuk debit card juga otomatis belum punya karena belum buka rekening bank lokal UK.

Saat sedang mengantri sambil mengamati peta jalur Tube, kami dihampiri oleh petugas stasiun yang memang tugasnya membantu orang-orang seperti kita, orang kebingungan! Setelah ngobrol dan dari informasi yang kita dapat dari petugas, kita putuskan untuk beli 1-Day-Journey card yang berlaku untuk zona 1-2 seharga kurang lebih 7 poundsterling. Untuk hitungannya memang lebih murah karena sekali perjalanan untuk tiket single trip saja dari zona 2 ke zona 1 (Central London) bisa memakan biaya sekitar 2,50 pounds (lupa harga persisnya). Dengan Journey Card, kita bisa masuk-keluar stasiun tube sebebasnya selama masih di dalam zona yang ditentukan saat membeli tiket dalam 1 hari dan itu berlaku juga untuk bus yang (tanpa Journey Card) jauh dekat bayar 1,40 poundsterling sekali naik! Irit kan.. :)


Transportation Zone

Transportasi di London terbagi dalam sembilan zona (saking gedenya ni kota). Zona 1 adalah wilayah Central London a.k.a pusat kota. Mulai dari Buckingham Palace, Big Ben, House of Parliament, London Eye, British Museum, perkantoran dan lainnya berada di Zona 1. sementara zona-zona lainnya yang tersisa adalah wilayah perumahan dan perkantoran lainnya serta bandara. Aku sendiri hanya pernah menginjak paling jauh zona 6, dimana Bandara Internasional Heathrow berada. 

Dalam bertransportasi di London, ada Oyster card yang memberikan beberapa kemudahan seperti top up dan langganan mingguan atau bulanan. Top up sama seperti halnya membeli tiket single journey karena biaya yang kita keluarkan sesuai dengan biaya jarak single journey ke stasiun tujuan, hanya saja kita tidak perlu antri beli tiket lagi setiap akan menggunakan tube,  tinggal sentuhkan ke sensor di pintu masuk dan berangkat. Lain cerita kalau kita berlangganan mingguan atau bulanan, biaya langsung dipatok dengan harga tertentu yang berbeda-beda targantung zona perjalanan kita. Kalau sekiranya akan sering bepergian dan menggunakan  transportasi umum, akan jauh lebih murah jika berlangganan mingguan atau bulanan sesuai dengan kebutuhan (intensitas dan zona). Awalnya aku juga bingung dengan peraturan Oyster ini, tapi setelah trial and error dalam beberapa minggu pertama, sekarang paling tidak sudah bisa lebih bisa memanfaatkan Oyster semaksimal mungkin. Belum lagi setelah Oyster untuk student aku terima, diskon 30% dari harga langganan mingguan atau bulanan untuk umum, meringankan sedikit beban biaya di London yang serba mahal. :p

Map for London Under and Over ground Train including DLR Service

Westminster Station
Wuusshhh.... kita sudah naik di atas Jubilee Line, tube yang mengantarkan kita dari Willesden Green ke Central London. Misi kita kali ini hanya mencari dimana kah letak kampus kita berada, City University London. Sesuai kode pos sih, daerahnya di daerah timur pusat kota London. Tanpa arah yang jelas, kami putuskan untuk turun di Westminster, kenapa, karena di stasiun ini banyak sekali yang turun dan kita dengan sotoynya ikutan turun. Master! :p
Tapi ternyata walaupun kita sotoy dan salah tempat turun, kita gak menyesal dengan apa yang kita temukan setelah keluar dari stasiun bawah tanah Westminster.

Exit to Big Ben
London Eye on the other side
 Yapp, ternyata banyaknya orang yang turun di Westminter bukan hanya karena ingin berganti kereta dengan jalur lain, tapi juga karena stasiun ini merupakan akses ke salah satu wisata utama kota London. Turun di Westminster dan kami pun mantap menjelajah daerah ini dengan hanya berjalan kaki. Berbekal peta yang tersedia di sudut-sudut jalan, aku dan temanku pergi menjelajah tiap sudut pusat kota London pagi itu, on foot!
Big Ben

Tidak begitu jauh dari Big Ben, tampak jelas dari seberang sungai Thames, semacam roda raksasa yang disebut oleh orang-orang sebagai London Eye. Perjalanan waktu itu aku dan temanku tidak berniat untuk masuk ke wahana itu karena kami punya misi yang lebih penting untuk mencari lokasi kampus kami, dan menurut kabar yang beredar, biayanya lumayan mahal. Well, gak ada alasan untuk naik ke London Eye saat itu juga, toh kami masih akan menghabiskan 1 tahun masa studi kami di London. Waktu yang cukup untuk menjelajah dan mencicipi tempat-tempat wisata di London atau UK atau bahkan Europe. Amiiiinnn !!



Banyak sebenarnya yang bisa di eksplor dari wilayah Big Ben ini, tapi kami harus terus berjalan agar bisa menemukan tujuan utama kami, City University London, sambil muter-muter kota :p
Kurang lebih 15 menit jalan menjauhi Big Ben melewati Trafalgar Square dan beberapa bangunan bersejarah lainnya, kami akhirnya menemukan sebuah bangunan besar yang dikelilingi pagar tinggi dengan beberapa penjaga berseragam merah hitam dengan topi bulu menjulang tinggi. Ketemu juga dengan yang namanya Buckingham Palace.


Ada beberapa pengumuman yang ditempel di pagar istana, salah satunya tentang tur di dalam istana yang dibuka untuk umum sampai dengan hari itu. Sudah sepakat dengan temanku, akhirnya kami berdua jalan mengitari pagar istana sampai di depan gerbang utama yang tertutup! laah mana tur nya?! sampai sekarang kami akhirnya belum pernah berhasil memasuki bagian dalam istana sang ratu. Padahal pengen bangeeett :p
Untuk mengobati kekecewaan, aku dan temanku cuma bisa mengambil beberapa gambar istana dengan beberapa pose standar cowok :D
Tepat di depan istana, ada sebuah kolam, karena gak pernah ikut tur jadi gak tau juga ni kolam kenapa bisa di situ dan kolam apa namanya mungkin bisa di google sendiri :p
Kami istirahat sejenak di pinggir kolam sambil sesekali melihat banyaknya wisatawan yang datang hari itu, dan mengira-ngira perasaan mereka. Apa yang mereka kunjungi hari itu untuk melihat isi istana, ternyata hanya bisa melihat dari luar pagar. Nyeseekk bangeett gak siiih :D
Gak lama kami pun memulai aktifitas jalan kaki lagi menuju ke arah berlawanan dari istana dan kolam menyusuri taman yang hijau, kemungkinan besar namanya Green Park, karena kami belum pernah masuk secara resmi, hanya dari luar saja menatap ke hamparan rumput hijau yang asri dan tertata rapi. Kami memulai langkah kami menuju ke arah Oxford Street, daerah pusat perbelanjaan terdekat dari wilayah istana. Sekalian juga aku beberapa hal yang ingin aku tanyakan ke operator telepon UK terkait kontrak untuk iPhone ku. Persis setelah Green Park, ada sebuah bangunan yang juga di jaga oleh pengawal istana, kurang pasti apa nama bangunan dan siapa yang ada di dalam bangunan tersebut sampai harus dikawal oleh 2 orang penjaga. Hmmm... sekali lagi, kita gak ikut tur, jadi gak paham sama informasi di sekitar situ.

Cukup jauh kami berjalan untuk akhirnya sampai di kawasan Oxford Street. Sepanjang jalan itu yang kelihatan cuma toko-toko mulai dari yang terkenal sampai yang harga miring. Cuma ada 2 tujuan di kawasan Oxford Street dan itu bukan untuk belanja. Salah satunya tadi untuk mengunjungi operator telepon dan yang satunya lagi adalah untuk menumpang tube dari stasiun Bond Street menuju ke kampus. Selesai mencari dan mendapatkan informasi dari petugas salah satu operator telepon di UK, aku dan temanku mempercepat langkah ke arah stasiun Bond Street untuk menumpang kereta bawah tanah ke arah stasiun Bank untuk berganti dengan kereta Northern Line ke arah utara london.

Turun di stasiun Angel, kami berdua segera keluar dari dalam tanah melewati pengamen saxophone di pinggir hall yang dengan merdu memainkan alat musik tiupnya. Boleh lah untuk skill niup saxophone pengamen disini.

Keluar dari stasiun kamipun langsung belok kiri ke arah kampus, sesuai dengan peta yang sebelumnya kami lihat di sudut jalan dan halte bis. Kami ambil terus jalan sebelah kiri dan luruuss saat bertemu persimpangan. Terus luruuusss sampe akhirnya sadar ternyata salah ambil jalan. Sudah cukup jauh kami berjalan dan tidak sesuai dengan petunjuk bahwa jarak dari stasiun Angel ke kampus hanya memakan waktu maksimal 10 menit, sementara kami sudah berjalan lebih dari 30 menit. Ada yang salah, dan kami akhirnya bertanya dengan orang-orang yang kami temui di sepanjang jalan, dan ajaibnya gak ada yang tahu di mana lokasi City University berada. Wheeww... kerja keras nih!

Kami akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan ke kanan, dengan harapan bisa menemukan jalan bercabang yang kami lewati sebelumnya karena kami yakin jalan bercabang itulah jalan menuju ke kampus. Dan ternyata benar, kami akhirnya menemukan salah satu gedung kampus yang menandakan bahwa kami sudah tiba di wilayah City University. Setelah memeriksa peta di pinggir jalan, akhirnya aku yakin bahwa gedung kampusku, gedung ilmu sosial, berada di jalan yang sama tempat kami berdiri. Dengan yakin aku berjalan lurus dan sekitar 5 menit aku pun sampai di depan gedung kampusku, tepat di sebelah gedung utama City University London. Akhirnyaaa...

Social Building of City University London

Setelah mengetahui pasti lokasi kampus, akhirnya kamipun bisa pulang ke wisma dengan kaki lecet-lecet dan menyisakan satu misi lagi yang belum tercapai, dimana kita akan tinggal untuk 1 tahun ke depan?! Well, that question's not for long, karena setelah beberapa hari masuk kuliah, kamipun akhirnya menetap di wilayah timur London, 45 menit jarak dari kampus menggunakan tube. Not bad aight! :)








Sunday, October 27, 2013

The 16 Hours Flight

Jum'at, 27 September 2013 tidak seperti weekend biasanya, aku dan 2 orang rekan kerja lainnya harus bersiap untuk meninggalkan negara kami tercintahhh (halah) selama kurang lebih setahun untuk kembali berjuang di bangku kuliah di tanah sang ratu, Great Britain, di kota London. Dengan persiapan yang sebenarnya belum sempurna karena harus meninggalkan istri dan anak yang masih sedang dalam kondisi imut dan lucu-lucunya, aku harus berangkat dan meraih gelar master yang ditugaskan perusahaan tempatku bekerja. Hmmm.... Inshaallah!

22.30 hari yang sama, kami sudah berdiri di antrian untuk menukarkan tiket kami dengan boarding pass dan menyerahkan bagasi pada petugas check in counter. Antrian untuk penerbangan internasional bisa dibilang sedikit lebih hectic karena kami tidak mulai antri dari awal-awal. Jadilah berdiri sekitar 1 jam untuk bisa akhirnya mendapatkan boarding pass dan melanjutkan ke imigrasi untuk akhirnya sign out dari Indonesia secara resmi.

00.10, sepuluh menit melewati hari Jum'at, kami sudah di persilakan untuk masuk pesawat dan duduk menempati kursi kami yang ternyata terletak sedikit lebih dalam di bagian belakang pesawat. Duduk bersebelahan dengan 2 orang rekan kerja lainnya, kami pun berusaha memulai aktifitas kami yang tertunda, TIDUR! Masih dalam keadaan berusaha merem, pesawat akhirnya tinggal landas dan akhirnya kami tidak jadi tidur selama beberapa saat untuk melihat kelap kelip lampu Jakarta yang semakin menjauh.

DING!! (kalo PING!!! itu Alm. BB... *eh) Seat belt sign is off dan aku pun ikut terjaga karena aku paham dalam beberapa saat pramugari pasti datang membawakan very late dinner :D
Okay, mungkin gak dalam beberapa saat, karena ternyata pesawat yang besar juga pastinya mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Fyuuhh... nasib di kursi belakang yaa giniihh...

Karena ini adalah latepost, Jadi aku lupa waktu itu apa yang aku makan untuk late dinner di Qatar Airways. Dan karena iPhone aku lungsurin ke adik tercintah, jadilah tak ada yang bisa aku capture selama perjalanan pergi ke London ini. Jadi pada post kali ini, hanya ada beberapa foto saja yang bisa aku share di sini. Singkatnya, makan malam saat itu aku habiskan dengan hanya menyisakan buah-buahan karena perjalanan masih panjang dan buah biasanya ampuh untuk melancarkan pencernaan. Aku masih belum bisa membayangkan  bagaimana rasanya bikin hajatan di toilet pesawat :D

Setelah makan malam, kami semua akhirnya terlelap dengan bekal penutup mata yang disediakan oleh airline. Tapi tidak untuk waktu yang lama, karena beberapa jam kemudian, kembali pramugari membangunkan kami untuk memilih menu snack yang ditawarkan, dan lagi-lagi, aku lupa apa yang aku makan saat itu, karena masih dalam status di awang-awang dengan penutup mata masih di jidat. Tidak terlalu bernapsu makan saat itu, akhirnya aku selesaikan snack yang disediakan dan kembali berusaha menutup mata untuk sekedar tidur-tiduran karena berdasarkan informasi, perjalanan ke arah Eropa harus memperbanyak aktifitas tidur di pesawat untuk mengurangi resiko penderitaan Jetlag yang berkepanjangan saat masa-masa awal kedatangan di Inggris nanti. Nah sebaliknya untuk perjalanan pulang ke Indonesia, diusahakan agar bisa selalu terjaga, mungkin dengan banyak nonton film yang disediakan airline, agar proses adaptasi zona waktu bisa dengan cepat disesuaikan.

Kurang lebih 8 jam kami terbang dengan mengalami beberapa turbulensi kecil, kami akhirnya melihat cahaya lampu bandara transit di Doha, Qatar. Tidak lama kemudian kamipun berhasil mendarat sama mulusnya dengan saat lepas landas di Jakarta. Naah disini mulai ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan transit di Doha International Airport. Mulai dari turun pesawat, sampai akan naik ke pesawat selanjutnya. Harus sangat diperhatikan warna dari cover boarding pass yang diberikan saat check in di counter Jakarta, ada beberapa perbedaan warna yang membedakan nantinya harus turun di terminal mana saat transit di Doha.

Cover Boarding pass 

 Keterangan Terminal Transfer


Cover kuning polos, yang aku miliki, menandakan aku dan teman-teman yang lain harus turun di terminal transfer pesawat, which is 2 stop from the aircraft. Pemberhentian pertama adalah untuk kedatangan internasional dan pemberhentian kedua adalah untuk transfer and departure. Di bagian belakang dari cover tersebut tertera di terminal mana kami harus turun dan melanjutkan penerbangan. Warna dari cover tersebut disesuaikan dengan warna terminal pemberhentian. Pada bagian belakang cover juga terdapat Satellite transfer, aku tidak begitu paham soal Satellite transfer karena saat penjelasan video di pesawat, posisi penutup mata masih pada tempatnya di bawah jidat. Jadilah kehilangan informasi mengenai itu. But you can google it though :)

Masuk di terminal transfer, kami melalui serangkaian pemeriksaan lagi dan kembali ikat pinggang, jam tangan dan benda lainnya yang bermuatan metal kami lepas dan masuk ke mesin x-ray. Selesai dengan pemeriksaan yang tanpa masalah, kamipun naik ke lantai atas dan menemukan musholla untuk melakukan sholat subuh di Qatar, yaaaa, di Qatar (padahal gak isya di Jakarta *mingkem). Musholla yang lumayan besar dan sangat nyaman, tapi tidak berbanding lurus dengan tempat wudhu yang memadai. Jadilah aku dan temanku wudhu di wastafel toilet terdekat dari musholla. Setelah sholat kami menemukan ada 1 atau 2 orang yang tidur di musholla, padahal sudah ada larangan dan tempat untuk tidur sudah di sediakan persis di sebelah musholla dengan kenyamanan yang pas, kursi dengan sandaran yang direbahkan dan ruangan digelapkan, sepertinya memang kurang bagi orang-orang yang tidur di musholla bandara ini. Tapi kalau boleh memilih, aku juga bakal milih untuk tidur di musholla, karpetnya empuk, ruangannya nyaman, dan yang paling penting bisa terkapar dan berguling-guling. Jadi itu sebabnya kenapa musholla dilarang sebagai tempat untuk molor! :D

Menjelang keberangkatan, kami masih sibuk dengan ber-BBM (alm) dengan keluarga di Indonesia menggunakan sinyal wi-fi yang disediakan bandara. Baru paham juga ternyata kalau paket BBM di Indonesia masih aktif, selama di luar negeri masih bisa digunakan tanpa perlu beli paket apapun, hanya memerlukan wi-fi. Aku buktikan mulai dari Qatar sampai di London, semuanya bisa digunakan hanya menggunakan wi-fi.
Mendekati waktu keberangkatan, kami mulai menuju kursi terdekat dengan gate keberangkatan kami yang sudah ditentukan dan harus berpisah dengan 1 orang rekan kerja yang kebetulan ketempatan kuliah di Manchester. Well, Good luck for you and all of us!

Tidak lama kami menunggu dan akhirnya panggilan boarding menggema. Cukup lama kami menunggu bis shuttle yang mengantarkan kami ke pesawat, mungkin karena alasan teknis dan lain-lain. Tapi pada akhirnya kami naik dan menuju ke tempat pesawat di parkir. Kali ini kursi kami dipisah, padahal sudah diminta untuk bisa dijadikan sebelahan dalam 1 deret. Iya bener 1 deret, tapi aku di kursi C dan temenku di kursi G atau H. Yaelaaahh, ini sih sederet tapi seberangan! ck ck ck

Penerbangan dari Doha ke London lebih mulus daripada penerbangan sebelumnya karena turbulensi hampir tidak ada atau mungkin tidak terasa dibanding sebelumnya. Tapi aku akui, penerbangan internasional seperti ini benar-benar nyaman dan tidak terasa seperti naik pesawat kecil untuk penerbangan domestik (yaeeeaaalaaaahh... *kampong)

Sarapan pagi di flight ke London aku pilih menu omelet dan teh hangat. Cocok sekali untuk membiasakan perut dengan makanan yang akan di cerna selama 1 tahun ke depan. Dengan tambahan beberapa roti, ajaibnya aku kenyang! yaakkk... perut sudah siap untuk bertahan dengan kondisi makanan ala Inggris nanti, tapi aku masih kurang yakin dengan bagaimana harus beradaptasi dengan toilet paper nantinya sebagai konsekuensi dari kekejaman mulut mengunyah dan menelan makanan. Well, nanti akan sampai ke bagian itu, yang penting dibahas saat ini adalah, aku gak bisa tidur sama sekali. Gawaaatttt pikirku, tengah malam bisa2 kebangun buat sarapan niih!

Kurang lebih 7,5 jam di atas awan dengan menghabiskan waktu menonton film, ngobrol dengan kenalan di kursi sebelah dan ngunyah-ngunyah , akhirnya kami mendarat di Heathrow, salah satu Bandara internasional di London. Selama proses landing aku habiskan dengan mengisi formulir kedatangan Internasional, lebih ke statement bahwa tidak membawa narkoba dan kawan-kawannya serta mengisi data diri untuk urusan imigrasi. Landing adalah saat-saat yang paling mendebarkan, bukan hanya karena ini pertama kali mendarat di London, tapi juga karena kondisi awan yang mendung dan cukup tebal, membuat pesawat bergoyang berirama *duh

Akhirnya pesawat bisa berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan tiba saatnya untuk keluar dan merasakan udara London yang katanya masih hangat tapi ternyata DINGIN! May be for local, 18 degree is warm, but to me is freezing, at the first time. Tapi setelah beberapa minggu tinggal di London dan pernah merasakan suhu 8 derajat, aku sekarang sudah bisa keluar hanya menggunakan kaos oblong, celana pendek dan sandal jepit saat suhu sedang 13 derajat. Not bad for beginner lah yaa :D

Proses imigrasi untuk student ternyata dipisahkan dengan umum, kami punya antrian tersendiri. Ada formulir lagi yang harus diisi mengenai identitas kampus dan lama studi di London. Setelah semua terisi, akhirnya kami bisa melanjutkan ke immigration clearence untuk mendapatkan stempel di paspor dan resmi memasuki wilayah kerajaan Inggris. Saat menghadapi petugas imigrasi, dengan muka standar pegawai imigrasi (seramjudesketus), dia tanya-tanya mengenai nama kampus, jurusan yang diambil dan lama studi. Si bapak cuma melihatku saat mencocokkan foto di paspor dan foto di sertifikat bebas TB, setelah itu gak pake ba-bi-bu langsung cap, aku jalan dengan status resmi sebagai student di Inggris sementara rekan kerjaku masih di interogasi dengan durasi yang cukup lama oleh si ibu imigrasi dengan wajah standar pegawai imigrasi. Ternyata pertanyaan yang ditanyakan ke temanku lebih detail, seperti siapa yang mendanai beasiswa, kenapa temanku yang terpilih sebagai penerima beasiswa, dll. Emang kadang harus punya persiapan cadangan jawaban kalo lagi apes dapetnya pegawai imigrasi yang beginian.

Yaaayy, kami resmi memasuki wilayah Inggris dengan status student! kamipun menuju ke pengambilan bagasi di lantai bawah gedung terminal dan tepat saat sampai di tempat pengambilan bagasi, koperku melintas dengan antengnya. Dengan lecet yang bertambah, dan sedikit ada bekas seperti percobaan buka paksa di kuncinya, aku dan temanku keluar dari terminal melewati pemeriksaan acak yang dilakukan petugas bandara mengikuti jalur hijau (nothing to declare) menuju pintu keluar terminal. Beruntung banget cewek yang di depan kita yang kena random check, coba kalo apesnya nambah, bisa-bisa kita yang kena random check. Alhamdulillah deeh :)

Sampai di pintu keluar Terminal 4 Heathrow, sampailah kami pada 1 pertanyaan besar yang terus dipikirkan selama perjalanan, Nginep dimana?! Well, dengan waktu yang mepet dan persiapan yang juga kurang sempurna, kami memang belum memiliki tempat tinggal di London. Beberapa flat yang aku kontak ternyata belum memberikan jawaban, bahkan sampai kami tiba di London. Keadaan darurat, kamipun sebelumnya sudah menghubungi Wisma Siswa Merdeka di London untuk bisa menginap sementara sampai kami mendapatkan tempat tinggal tetap, dan beruntung wisma saat itu masih available.

Sebelum berangkat ke wisma, kami membeli air mineral (yang ternyata air bersoda *duh) untuk bekal selama perjalanan dari bandara ke wisma. Turun ke lantai terbawah dari Terminal 4, kami membeli tiket Tube (underground train) Picadilly Line menuju ke Wilesden Green, dimana Wisma Siswa Merdeka berlokasi. Selama perjalanan kami celingak celinguk melihat pemandangan pinggiran kota London saat Tube keluar dari terowongan bawah tanah untuk beberapa saat sampai kemudian kembali lagi masuk ke dalam tanah. Turun di Green Park station untuk mengganti kereta dengan jalur Jubilee Line menuju sisi Northwest dari kota London, kami kelimpungan saat harus membawa koper saat pergantian kereta. Beruntung masih ada lift yang bisa kami gunakan untuk sedikit meringankan beban kami.

Sampai kami di Wilesden Green, kami keluar dari station dan mulai untuk mencari alamat dari wisma tujuan kami. Bertanya ke beberapa orang, tidak ada satupun yang tau dimana 44 Dartmouth Road berada, at least nama jalan aja deh. Sampai akhirnya ketemu seorang ibu yang dengan baiknya menelpon kawannya yang tinggal di sekitar situ hanya sekedar bertanya dimana Dartmouth Road berada. Dan ternyata, hanya berjarak kurang dari 100 meter dari station! hadeehhh, tanya kemana-kemana pada gak ngerti tu jalan ada diseberang station. Bener-bener !
Kami seret koper kami menjelajah sepanjang jalan Dartmouth Road untuk menemukan wisma yang dimaksud, dan ternyata lumayan jaraknya dari station. Lumayan karena harus menyeret koper dan masih dalam kondisi baru turun dari pesawat. Tapi pada akhirnya, setelah ditempa keadaan London dimana jalan kaki adalah modal utama, jarak yang tadinya menurut kita jauh, ternyata ya masih jauh, cuma sudah biasa ajaahh... :D

Finally here! 

Safe house :p

Sign in di wisma, dan mendapatkan bed di lantai atas disebelah jendela dan pemanas ruangan, perfect! what a view lah menurutku. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan masih berniat untuk jalan sebentar mencari beberapa perlengkapan. Setelah berkenalan dengan roommates yang lain, aku sempatkan untuk rebahan sebentar untuk sedikit melepas lelah dan akhirnya terbangun pada pukul 2 pagi waktu London, 8 pagi waktu Indonesia bagian barat. Damn jetlag! Akhirnya hari itu tidak sempat berbelanja perlengkapan apapun. Selama minggu pertama di London, jam tidur malam tidak pernah jadi masalah karena terbiasa juga untuk tidur larut selama di Indonesia. Yang jadi masalah adalah, selarut apapun tidurnya, bangunnya pasti antara jam 3 atau jam 4 subuh. Sekali lagi, Damn Jetlag!
Tapi kondisi ini berangsur-angsur normal dalam 2 minggu pertama, dan jam bangun pagi berangsur-angsur naik, dari jam 3, 4, 5 sampai sekarang jam 8 pagi. Well, sholat subuh masih terkejar kok jam segitu, mataharinya belom naek! walaupun jadwal sholat subuh cuma sampai jam 7.40 :p

Wisma's Backyard, Apple and Pear trees!

Awesome first week in London, and the week after, and a month after and a year after!
Cheers :)

Saturday, March 16, 2013

Hazel's First Flight

Jumat 8 Maret 2013 yang lalu merupakan pengalaman pertama bagi my junior untuk traveling menjelajah laut jawa, dari Pontianak ke Jakarta kemudian Banjarmasin. Merupakan sebuah tantangan bagi yang tinggal di Pontianak kemudian mengunjungi daerah belahan kalimantan yang lain, karena flight dari dan ke Pontianak harus melewati Jakarta.

First flight

Kangaroo style


Hasilnya kami pun was-was, takut si junior kelewat capek karena harus transit dulu di Jakarta dan naik turun pesawat. Yang kami takutkan benar terjadi, flight kedua hari itu si junior langsung rewel dan nangis sejadi-jadinya saat di bus pengantar ke pesawat. Untungnya sebelum take off junior sudah tenang dan akhirnya tidur sampai tiba di Banjarmasin.

Rute yang ditempuh - via Find Friends

Selama 5 hari kami di Banjarmasin, junior hanya istirahat di rumah dan kalaupun bepergian, gak bakal lama. Ini untuk menjaga supaya stamina junior gak terbuang percuma dan bisa disimpan untuk perjalanan balik ke Pontianak.

Sampai tiba hari saat kami harus balik ke Pontianak, stamina junior sepertinya sangat fit. Ini terlihat saat penerbangan pertama dia gak rewel dan sangat lucuuu selama penerbangan Banjarmasin ke Jakarta.

BDJ-CGK way back home

Acting cute!
Sleeping beauty

Sampai di Jakarta, kami harus menunggu sekitar 90 menit untuk bisa terbang lagi ke Pontianak dan selama menunggu si junior mulai menunjukkan tanda-tanda gak enak. Mulai dari memuntahkan susu, nangis-nangis kecil dan bergerak tak henti, merupakan gejala awal junior bakal rewel di flight berikutnya.

Masih tidur, dan bersiap untuk rewel :p


Terbukti!! Saat diangkut shuttle bus menuju pesawat yang parkir agak jauh dari terminal F5, tangisannya superrrr kuenceeeenngg!! sampai bingung mau diapakan lagi. Sempat berhenti tangisan si Junior saat antri masuk di pesawat, sampai akhirnya tangisannya menggema karena digodain pramugari. Ini junior sensi bangeeett sore itu, tapi masih aman karena sebelum take off, dia sudah tenang dan tidur sepanjang perjalanan. fyuuhhh...

Belakangan diketahui (informasi dari tukang pijit bayi langganan) bahwa lengan kiri si junior agak terkilir karena salah gendong, dan sebagainya. Kami pun maklum karena saat di Banjarmasin diadakan acara Aqiqah dan gak terhitung banyaknya emak-emak yang bergantian menggendong si junior.


Well, sampai saat ini si junior masih menyisakan rewel yang kadang-kadang... Mmmmhh!!

Semoga cepet sembuh ya nak, besok kita traveling lagi deehh :p
Kiss Hazel :*

Monday, March 4, 2013

First Anniversary

Tepat 1 tahun usia pernikahanku (2012 yang lalu), kami rayakan dengan menghabiskan hari jadi kami dengan traveling, seperti yang sudah kami sepakati setelah melewati masa Travelmoon tahun sebelumnya.

Yang membedakan di traveling kami kali ini adalah kondisi istri yang sedang berbadan dua. Hampir saja kami harus merelakan tiket Air Asia yang sudah kami beli tahun sebelumnya, untungnya hasrat traveling si empunya rahim kayaknya lebih besar daripada kekhawatiran lainnya.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, akhirnya lampu hijau menyala untuk traveling ke Penang dan Kuala Lumpur.

Persiapan yang kami lakukan kali ini cukup berbeda dengan beberapa traveling sebelumnya. Kali ini barang bawaan istriku otomatis akan menjadi tanggunganku karena yang terhormat gak boleh terlalu capek atau membawa beban berat. Hemm… seperti yang Archibald Witwicky bilang di Transformer, No Sacrifice No Victory! This is my sacrifice, but where's my victory??? :D

Akhirnya setelah semua fix dengan itinerary yang matang, aku melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu mengurus ijin meninggalkan pekerjaan selama 1 hari, yaitu di hari senin. Dikarenakan perjalanan kami kali ini sengaja di buat bertepatan dengan hari libur nasional, jadi cutipun gak perlu sampai banyak terbuang. Jadilah diijinkan hanya dengan mengambil satu hari kerja.


Day Minus One

Persiapan traveling kali ini dimulai satu hari sebelum hari H, ini karena tiket ke Penang berangkat pagi-pagi sekali, yaitu jam 5.30! Dengan posisi kami yang berada di Pontianak dan gak ada pesawat yang lebih pagi dari itu, jadilah kami terbang ke Jakarta sore hari dan menginap di Jakarta untuk satu malam.

Sampai di Jakarta kami menunggu jemputan transportasi dari hotel Permata Bandara yang berjarak lebih kurang 20 Menit dari bandara Soetta. Kami pilih hotel ini karena dari hasil googling sebelumnya, hotel ini sepertinya pas, dari segi harga, jarak dari bandara dan fasilitas hotel. Hanya saja ada yang gak sesuai dengan review yang aku baca di internet yaitu layanan TV Kabel. Hasilnya kami tiba di hotel dan hanya mendapat TV jadul dan siaran lokal! weeww…


D-Day

Alarm sudah di set agar dapat membangunkan kami jam 3 pagi. Beranjak dari kasur menuju kamar mandi dan mengguyur diri dengan air hangat. tepat pukul 3.30 pagi kami pun minta untuk diantarkan ke bandara Soetta dan yang sangat disayangkan lagi, fasilitas antar ke bandara pada dini hari gak masuk dalam fasilitas, jadilah kami mengeluarkan lagi 30 ribu rupiah sebagai ongkos transportasi ke bandara.

Tiba di Bandara sebelum jam 4 pagi dan Gate keberangkatan belum di buka tetapi counter check in sudah dibuka. Sebagai perwujudan rasa penasaranku, tiketku dan istri sudah terlebih dahulu check in melalui Web dan fasilitas Mobile Check in. Tiketku melalui web check in dan tiket istriku melalui web check in. Satu yang gak aku ketahui sebelumnya, check in melalui Website Air Asia ternyata bisa langsung mendapatkan nomor seat sementara istriku yang aku check in-kan melalui Mobile check in hanya mendapatkan boarding pass tanpa nomor seat!

Awalnya aku pikir gak akan ada masalah, tapi endingnya ternyata gak terduga. Boarding pass yang sudah tercetak melalui Web check in sudah dianggap sebagai boarding pass dan bisa langsung proses ke imigrasi karena sudah clear dan sudah ada seat. Sementara tiket yang melalui Mobile check in harus melakukan check in ulang di mesin scan dengan menunjukkan barcode yang dikirim ke hape. Di sini sudah mulai ada masalah timbul, mesin scanner barcode gak bisa membaca barcode di layar iPhone ku. Awalnya kupikir mesinnya bermasalah, sampai 4 mesin scanner yang tersedia aku jajal, dan hasilnya tetap NOL! waah, iPhone nih kayaknya bermasalah. Tetapi setelah ada beberapa orang yang juga gak bisa terbaca oleh mesin scanner, ternyata memang mesinnya yang error! ck ck ck… Akhirnya kembali ke counter check in dan secara manual mencetak boarding pass dengan nomor kursi terpisah jauh! Well, daripada gak berangkat, akhirnya terima aja deh. Ngikut kalimat bapak presiden kita aja, PRIHATIN! :(

Setelah sholat subuh terlebih dahulu sebelum boarding, kamipun akhirnya berjalan menuju shuttle bus yang akan mengantarkan semua penumpang menuju Penang ke pesawat. Di atas pesawat istriku sempat meminta tolong pada pramugari agar kursi kami bisa berdampingan, tapi apa daya, penumpang yang duduk di sebelahku tidak mau bertukar kursi dengan istriku. Akhirnya aku yang mengalah dan ikut pindah ke sebelah istriku di kursi bagian belakang pesawat. Beruntung saat itu pesawat tidak dalam kondisi full, jadi kursi di bagian belakang sama sekali tidak berpenghuni. yipppiii…..! Selang beberapa menit kemudian kamipun akhirnya meluncur dengan mulusssss menuju Penang.

Pagi itu matahari belum kelihatan dan cahayanya masih samar-samar menemani penerbangan kami yang bisa dibilang sangat pagi! Sambil menunggu makanan pre-order yang sudah dibeli tahun sebelumnya saat pembayaran tiket dilakukan, aku mencoba untuk tidur sebentar karena malam sebelumnya waktu tidurku kurang berkualitas. Gak berapa lama akhirnya pre-order meal datang juga dan aku akhirnya membeli satu lagi makanan untuk berjaga-jaga siapa tau masih berasa lapar, tau gitu beli pre-ordernya sekalian banyak gitu biar irit! :D

Sekitar satu setengah jam penerbangan, pilot dengan sengaja berbicara lewat pengeras suara sekedar untuk memberitahukan bahwa kami saat itu sedang melintas tepat di atas Kuala Lumpur. Spontan penyakit curiositis satu pesawat kambuh dan semua yang punya akses ke jendela pesawat langsung melihat ke arah luar pesawat, entah apa yang mereka lihat, termasuk juga aku dan istri karena kebetulan kami pun duduk di kursi jendela. Untunglah penyakit kampungitis gak ada yang kambuh saat itu.. :D

Hampir satu jam setelah kami melintas di atas Kuala Lumpur, akhirnya sebuah pulau yang masih diselimuti kabut tampak di bawah kami dan terus mendekat. Yaa…akhirnya pesawat turun dari ketinggian jelajahnya, pertanda bahwa kami sudah mendekati tujuan kami, Penang! Hanya beberapa saat setelahnya kamipun mendarat dengan mulus di bandara Pulau Pinang, Malaysia!


PENANG

Akhirnya sampai juga di tempat tujuan kami, Penang. Saat menuju imigrasi kami heran dengan kondisi bandara Penang yang tidak berbeda jauh dengan bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Bandara ini tidak terlalu besar untuk ukuran bandara internasional, mungkin karena sedang ada renovasi saat itu jadi bandara terkesan sempit dan kurang nyaman.
Hal pertama yang aku cari dan selalu wajib dicari setelah urusan imigrasi selesai adalah Peta! Hal yang wajib saat berada di negara orang, dan kebetulan Malaysia punya banyak peta gratis yang disediakan di tiap-tiap bandara, hotel serta tempat-tempat yang representatif sebagai panduan para wisatawan agar gak tersesat.

Peta sudah ditangan dan siap untuk berangkat, tapi justru disinilah kebodohan muncul. Pada peta yang aku ambil sebelumnya terdapat tulisan Komtar dibawah gambar gedung yang menyerupai mall dan sejenisnya, ada salah persepsi disini, dimana aku salah membaca antara Komuter dan Komtar!! Dengan pedhe tingkat tinggi aku langsung bertanya pada seorang polis Malaysia yang kebetulan lewat di sekitar dan kebetulan juga tampangnya lebih cakep daripada Syaiful Bahri apalagi Briptu Norman :D

"Permisi, saya mau tanya, kalau mau naik Komtar dimana ya?". Ekspresi pertama yang polis itu tunjukkan adalah bingung, baru kemudian sadar dan rada senyum dikit… "Nak ke Komtar ke?" jawab si polis. Dengan pedhe kuadrat aku langsung mempertegas karena mungkin si polis gak ngerti dengan kalimatku yang pertama. "Saye nak naik Komtar dimane pak cik?" Berlagak bisa bahasa melayu dan dengan sok tau aku nanya balik lagi. Spontan si polis langsung paham dan menjelaskan dengan sabar. "Bukan nak naik Komtar, tapi nak ke Komtar bang! Komtar tu tempat beli bilah, shopping bang." Owh, Okay… kataku dalam hati. Jadi kalau nak ke Komtar naik ape pak cik? sudah mulai ngerasa malu dan sudah siap-siap ambil langkah goceng! akhirnya si polis nunjukin tempat pemberhentian bus shuttle, tepat di seberang pintu keluar kedatangan.  Setelah ngucapin matur thank you, aku datengin istriku dan akhirnya keluar secepat mungkin dari kawasan kedatangan bandara Penang.

Sampai di tempat pemberhentian bis, aku menunggu bis yang menuju arah Georgetown karena di sana hotel tujuan kami. Tapi karena hari masih pagi dan check in Tune hotel baru bisa dilakukan pada pukul 2 waktu setempat, akhirnya kami putuskan untuk berjalan-jalan sebentar di kawasan Georgetown. Gak lama kami menunggu dan akhirnya bis tujuan Georgetown datang. Tulisan rute yang tertera di papan elektrik tertulis Jetty, pelabuhan utama yang menghubungkan Pulau Penang dengan Mainland, Butterworth.

Lebih kurang 45 menit kami berada di dalam bis yang melaju cukup cepat, akhirnya kami sampai di tujuan terakhir yaitu Jetty, which is masih di wilayah Georgetown. Kami berjalan-jalan ringan disekitaran pelabuhan, mengingat istriku dalam kondisi hamil muda dan tidak boleh terlalu capek. Akhirnya tidak terlalu banyak yang bisa kami kunjungi di sekitaran pelabuhan, hanya sempat ke St. Pier Church dan melihat beberapa spot yang cocok untuk di rekam dengan kameraku.





Selesai dengan sesi pemotretan singkat, kamipun naik bis lagi untuk menuju ke Komtar, yang ternyata tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan, tapi juga sebagai pusat pemberhentian bus dimana kita bisa berganti rute untuk pergi ke tempat lainnya. Di Komtar ini hampir semua rute bus di Penang ada di sini dan dari Komtar kita bisa berganti rute kemanapun dan ini adalah sesuatu yang gak aku lakukan, karena Tune Hotel sudah sangat dekat dari Komtar. Berdasarkan peta yang aku punya, jarak dari Komtar ke Tune Hotels bisa dilakukan dengan berjalan kaki, tapi aku gak mau ambil resiko dengan kondisi istriku yang sedang hamil muda. Jadilah kami menyewa becak dengan pilot seorang bapak cina yang sudah tua dan ramah. Dia menawarkan jasanya dengan tarif RM10. Cukup mahal memang untuk jarak yang relatif dekat. Tapi itu bukan masalah, toh aku kesini mau liburan, selama tidak melebihi budget perjalananku sampai akhir nanti, RM10 bukan angka yang besar. Jadilah kami berkendara dengan becak di Penang. Jujur saja, sedikit berbeda pengalaman naik becak di Penang dengan di Jogja ataupun kota lainnya. Perbedaannya adalah pada kendaraan yang melintas di sekitar kita, semua teratur dan rata-rata adalah mobil dan Bus. Kondisi cuaca saat itu yang berawan dan atmosfir lingkungan dengan kendaraan minim polusi dan tertib lalu lintas, membuat perjalanan singkat kami dengan becak di Penang sangat nyaman.






Sampai di Tune Hotel, kami 2 jam lebih awal dari jadwal check in, jadilah kami menunggu di lobby hotel yang nyaman dan sangat tenang sampai akhirnya tiba pasangan suami istri dan anaknya yang berasal dari Jepang. Anak perempuan yang sangat lucu dan sangat friendly selalu berusaha untuk berbicara dengan kami, tapi sayangnya dia hanya bisa berbahasa Jepang, dan kami pun cuma bisa bengong dan senyum-senyum. :D

Jadwal check in di Tune Hotel bisa dibilang ketat, tapi ternyata tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya. masih sekitar 40 menit menuju jam 2 siang, resepsionis akhirnya mempersilakan kami yang sudah hampir 2 jam menunggu di lobby hotel untuk check in dan mendapatkan kamar. Gak lama setelah check in akhirnya kami mendapatkan kamar di lantai 5. Sudah beberapa kali aku memilih Tune Hotel sebagai tempat istirahat saat berlibur. Perlu untuk disampaikan bahwa keberadaan hotel ini memang pas untuk melengkapi kegiatan liburan para backpacker yang memang menghabiskan 75 persen waktunya untuk menjelajah wilayah yang mereka datangi, bukan untuk tidur di hotel. Jadi fasilitas Tune Hotel yang bisa kita pilih sesuka hati seperti AC, TV dan Toilettries bisa dihilangkan. Tapi untuk kunjungan kali ini, aku memilih paket hemat (Toilettries dan AC selama 12 jam), pas bangeeet!

Sebelumnya aku melakukan reservasi di Tune Hotel hanya untuk 1 malam saja, tapi ternyata ada beberapa perubahan dan akhirnya aku membuat reservasi 1 hari lagi di hari berikutnya dengan sudah bertanya pada pihak Tune Hotel terlebih dahulu. Akhirnya pada saat menginap hari pertama, aku koordinasi dengan resepsionis hotel agar reservasiku di hari berikutnya bisa di gabung agar paket hemat yang sudah ku beli tidak hangus, terutama AC 12 jam-nya. :p
Dan ternyata sesuai dengan harapan, paket yang sudah ku beli bisa tetap dinikmati dan AC 12 Jam ternyata cukup untuk 2 hari! yessss, lumayan ngiriitt.. :D

Sore hari kami keluar untuk sekedar berjalan-jalan ringan sekaligus makan malam. Kami mencoba untuk mencari bus yang bertuliskan Hop On Free, yaapp, bus yang digunakan khusus untuk mengitari wilayah Georgetown secara gratis! Awalnya kupikir bus ini akan berbeda dengan bus normal lainnya, dan ternyata yang membedakan hanya tulisan Hop On Free yang diletakkan secara manual menggunakan semacam kertas karton di kaca bagian depan bus. Bukan cuma itu, bus gratisan ini ternyata sangat jaraaaaang melintas, dan sekali melintas tiap 20 menitan tapi penuhnya bukan main. Gak seperti bus di Indonesia, walaupun masih ada banyak ruang kosong, bus gratisan itu gak bakalan berhenti untuk menaikkan penumpang. Jadilah kami menunggu bus itu hampir 40 menitan sampai akhirnya hari sudah mulai sore dan penumpang juga semakin sedikit barulah kami bisa mendapat kesempatan naik yang gratisan! yaay… :D






Mengitari wilayah Georgetown di sore hari, kami melewati beberapa tempat wisata seperti Masjid Kapitan Keling dan St. George Church yang berdekatan. Gak lama setelah melewati Gereja St. George, kami turun di kawasan Esplanade untuk menikmati pemandangan pinggir pantai dan menurut peta, ada beberapa spot wisata di daerah Esplanade yang gak boleh dilewatkan. Seperti yang umum diketahui, Penang terkenal dengan gedung-gedung tua dan terawat yang menjadikannya satu dari sekian banyak tempat di dunia sebagai UNESCO's World Heritage. Memang seperti itu yang aku dapatkan di pulau ini, gedung-gedung tuanya sangat terawat dan klasik. Jadi kepikiran untuk sekali waktu bikin sesi foto di Penang bareng dengan kawan-kawan fotografer semasa kuliah, dijamin dah, Ajiiibb!! :D

Kami berjalan menyusuri pesisir pantai, tidak sepenuhnya di pesisir karena pinggiran pantai sedikit ditinggikan dan diberi pembatas, tapi tetap saja nyaman untuk berjalan dan menikmati pemandangan pantai Pulau Penang. Sedikit aneh melihat pinggiran pantai yang dipenuhi batu karang di beberapa tempat, dan gak jarang terlihat tikus berlarian di antara batu karang bahkan gak jarang juga berlarian di pasir putih. Hemm… baru kali ini tikus item berlarian dipinggir pantai, tapi mereka gak sendirian, di atas pohon, di pagar pembatas dan di langit mereka diawasi burung gagak yang menurutku cukup seram untuk kondisi yang saat itu sudah semakin gelap.

Dengan kondisi redup karena hari sudah mulai malam, aku dan istriku mempercepat langkah dan menyempatkan diri mengabadikan momen dengan sedikit jepretan di beberapa lokasi hingga akhirnya hari mulai gelap. Kami memutuskan untuk naik bus dengan rute ke arah bandara untuk turun di Queensbay Mall, karena dari sini akan tampak pemandangan malam Jembatan yang menghubungkan antara Penang dan Butterworth. Malam hari di pinggir pantai sambil memandang cahaya panjang yang membelah lautan, suasananya pas buat pacaran, dan memang benar, ada beberapa pasangan yang sudah terlebih dahulu mengambil tempat strategis, yang semakin mempersulit aku untuk mendapatkan sudut yang tepat untuk mengambil gambar. fyuuh… Dan akhirnya aku kebanyakan hanya duduk bersama istriku lalu membeli makan malam di Queensbay Mall, beberapa burger Mc Donalds dan french fries. Cukup kenyang untuk malam itu sampai kami memutuskan untuk naik taxi ke hotel dengan biaya RM30. Karena jarak yang cukup jauh serta kondisi capek, jadi RM30 sekali lagi bukan halangan. :p

Day Two

Pagi hari bangun sedikit lebih lambat karena aktifitas di hari sebelumnya lumayan menguras energi istriku yang sedang mengandung. Lewat dari Jam 10 pagi kami baru keluar dari hotel untuk pergi menuju Gurney Drive, kawasan shopping mall yang terletak di pinggir pantai. Sebelumnya kami sempatkan untuk makan lagi di warung nasi Kandar di dekat hotel. aku langsung pesan nasi kandar dan roti canai yang sudah menjadi makanan khas warga setempat. Masakan orang-orang India ini memang gak jauh beda sebenarnya dengan masakan padang, kuah santan yang kental dan daging ataupun telur dan ikan. Tapi yang membedakan adalah rasa bumbu yang khas dan belum pernah aku rasakan di warung padang manapun. hahahaa.. yang penting habis dulu deeh ni makanan.

Selesai berurusan dengan perut, kamipun bergerak menuju halte bis di Komtar. Sebelumnya dari Komtar menuju ke Tune Hotels kami menggunakan becak, kali ini kami berjalan kaki menuju Komtar karena ternyata letaknya yang tidak terlalu jauh. Sampai di Komtar, kami langsung menuju Jalur bis yang menuju ke arah Gurney Drive. Gak lama setelah itu, bis kami langsung berangkat dengan tujuan akhir Batu Feringgi Beach yang juga melintas melewati Gurney Drive.

Sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya bis kami berhenti di sebuah halte bis, dan yang mengherankan ternyata tidak ada Mall ataupun pantai di sekitar situ. Supir bis akhirnya berbicara dengan suara keras, Gurney Drive turun di sini. aku dan beberapa orang cewek yang berasal dari Indonesia saling pandang. Ini beneran turun disini?! itu yang pertama keluar dari mulut tiga orang cewek itu. Aku akhirnya melihat ke arah spion tengah bis, dan si sopir menjelaskan sambil melihat ke arah kami melalui spion tengah. " Gurney Drive turun disini, ikuti jalan di seberang, nanti sampai." Dan memang benar, akhirnya kamipun turun dan menyusuri jalan yang dimaksud sampai akhirnya tampak banyak gedung besar yang sebelumnya tertutup pohon-pohon rindang.

Kamipun berpisah dengan tiga orang cewek yang aku gak tau namanya siapa, untuk mengambil rute masing-masing. Tujuan kami ke Gurney Drive ini adalah untuk hunting masakan seafood yang terkenal lezat dan murah, itu berdasarkan apa yang aku baca setelah googling di internet beberapa minggu sebelum berangkat. Kami akhirnya masuk ke dalam Gurney Mall, untuk langsung menuju pesisir pantai dengan harapan menemukan seafood yang kami inginkan. Keluar dari Gurney Mall, kami langsung menemukan pesisir pantai yang sama seperti di Esplanade yang kami kunjungi. Dibangun tembok pembatas panjang yang membatasi ombak agar tidak sampai ke jalan. dan kondisinya juga kurang lebih hampir sama, tidak terlalu bersih untuk pantainya karena saat itu posisi air sedang surut dan ternyata banyak sampah berserakan di atas pasirnya. Tapi kami kesini bukan untuk pantainya, kami mencari Seafood! yeeaah…. dan ternyata seafoodnya belum buka. Sesuai dengan yang aku baca sebelumnya, jam buka seafood tersebut adalah sore hari sekitar pukul 4 atau 5. Sedangkan kami sampai disitu sekitar pukul 1 siang. Jadinya kami menghabiskan waktu dengan berfoto di sekitaran situ dan berkeliling Gurney Mall sampai akhirnya makan siang di Mc. Donalds.

 at Gurney

Amiiinnn dapeet yg beginian :p 

Hmmm.... ini kok jadi kampungitis yaakk.. :p 

Rainbow by the beach 

Nebeng jepretan :p

Sampai akhirnya pada sore hari kamipun keluar dari mall untuk menuju area masakan seafood. Sampai di area tersebut, aku dan istri akhirnya mengurungkan niat untuk makan seafood. Tempat yang hampir mirip dengan pasar dengan lokasi yang berhimpitan antara meja satu dan lainnya. Satu hal yang paling penting dari itu semua adalah kehalalan masakannya karena penjual makanan disitu semua adalah chinese dan tidak ada logo halal sama sekali di setiap warungnya. Kamipun mundur secara teratur dan kembali berkeliling mall untuk sekedar menghabiskan waktu dan membeli beberapa barang.

Saat hari sudah mulai gelap, kamipun mencari taksi di sekitaran Gurney Mall. Bagian pesisir pantai Gurney sangat padat dan macet. Kamipun mencari taksi di bagian belakang mall, tempat kami datang sebelumnya. dengan tarif RM15 kami diantarkan oleh supir taksi chinese yang sangat ramah sampai di Tune Hotels persis sebelum gelap. Setelah mandi dan berganti pakaian, kamipun makan malam di restoran yang terletak persis di lantai bawah Tune Hotels. Sebuah restoran dengan masakan italia. Well, aku sudah tau kalau makan disini, pasti endingnya akan mengejutkan. dan benar, untuk makan berdua aku mengeluarkan sekitar RM70. Fantastis!! terpaksa bayar pakai kartu kredit :D



Sengaja kami tidur awal karena esok subuhnya kami harus sudah tiba di Jetty, pelabuhan ferry menuju ke Butterworth untuk naik kereta api ke Kuala Lumpur. Sekitar jam 3 pagi aku sudah bangun untuk mandi dan bersiap-siap. Langsung kami check out dari hotel dan meminta bantuan dari resepsionis hotel untuk menghubungi taksi karena aku kuatir belum ada bis yang beroperasi sepagi itu. Sampai di Jetty kamipun segera naik ke tempat antrian masuk kapal dan ternyata kami tertinggal kapal pertama karena kapal tersebut sudah berangkat sekitar 10 menit yang lalu. Jadilah kami menunggu untuk ferry berikutnya datang. Sekedar informasi bahwa perjalanan ferry dari Pulau Penang ke Butterworth adalah gratis. Tidak ada biaya yang keluar untuk pergi meninggalkan pulau ini. Tetapi ketika mendatangi Penang, ada biaya yang dikeluarkan dan berdasarkan hasil googling biaya yang dikeluarkan sekitar RM1,5 per orang.

Antrian ferry second batch ke butterworth

Sepanjang perjalanan di atas ferry, kami bertemu pasangan traveler bernama Chris dan Irene yang berasal dari Canada. Banyak cerita yang mereka bagi dengan kami. aku sangat terkesan dengan banyaknya kisah perjalanan yang mereka ceritakan. One of my favorite adalah saat mereka berkendara di dalam mobil Caravan/camper menempuh perjalanan dari Canada ke San Fransisco selama beberapa minggu! WOW… Dengan keadaan mereka yang sudah cukup berumur, traveling selama itu dengan mobil adalah hal yang sesuatu! Tapi yang lebih mengagumkan lagi, perjalanan mereka kali ini adalah perjalanan yang terpanjang dan dimulai dari Chiang Mai dan akan berakhir di Singapura lalu menumpang kapal pesiar selama beberapa bulan untuk kembali ke Canada. AWESOME!!

Chris and Irene, traveler!

Turun dari Jetty, kami langsung mengarah ke stasiun Butterworth yang letaknya tidak begitu jauh dari pelabuhan. Ternyata Chris dan Irene juga akan menuju ke Kuala Lumpur dengan menggunakan kereta api, dengan kesamaan tujuan itu, kami akhirnya berjalan bersama menuju ke stasiun Butterworth yang penunjuk jalannya sangat minim dan sedikit membingungkan. Fyuuh.. Setelah akhirnya sampai, kami masih harus menunggu karena kami tiba cukup awal dari jadwal yang ditentukan. Tepat jam 8 kami sudah ada di atas kereta yang perlahan melaju meninggalkan stasiun Butterworth. Keberangkatan kami yang tepat waktu ternyata tidak dapat membuat kami sampai di KL tepat pada waktu yang ditentukan. Kereta api yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti setelah satu setengah jam perjalanan dan mengharuskan lokomotif diganti, sementara lokomotif pengganti harus didatangkan dari stasiun Butterworth yang jaraknya satu setengah jam. wheeww… pasti delay kalo begini! 

Salah satu stasiun kecil yang kami lewati.

Setelah hampir 9 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Kuala Lumpur. Stasiun KL sentral berada di bawah tanah dan suasananya sedikit remang-remang saat itu sedikit membuat suasana sore itu agak seram :D tapi begitu naik ke lantai atas, terminal kedatangan, aku langsung surprise. Well, ini baru stasiun kereta, gak seperti yang di Butterworth, hahaha…
Segera aku menghubungi teman kuliahku yang adalah seorang warga negara malaysia untuk memberitahukan bahwa aku sudah sampai di KL. Kami sebelumnya memang sudah janjian untuk ketemuan di KL sentral dan dia menawarkan rumahnya kepada kami untuk beristirahat. Karena kunjungan ke KL ini adalah kunjungan yang sangat singkat, jadilah kami langsung diajak ke spot menarik yang ada di KL, itu termasuk Petronas Tower. Aku langsung memuaskan diri dengan membidik menara ini dari berbagai sudut dan sekaligus mengabadikan momen ini dengan istriku.

Petronas dari kejauhan :) 

Petronas dari agak deketan :p

 Pose ma bini (finally) :p
Pose laennya ma bini :) 

at Basement with Najmi and Zara 

Pose andalan :)) 

with Onn's Fam 

Lil' Zara :*

Setelah makan malam di rumah makan setempat, yang menyajikan Tom Yam paling enak yang pernah aku makan, kami langsung menuju ke Selangor, dimana rumah temanku berada. Saat itu kami melaju di tengah hujan yang cukup lebat dan berharap di wilayah Selangor tidak terjadi hujan karena temanku ini ingin mengajak kami ke area wisata malam di Selangor, iCity! tempat yang penuh dengan lampu ini sangat menawan menurutku. dan karena malam itu di kawasan iCity hujan sudah lewat, kami akhirnya dapat menikmati pesona dari lampu-lampu dalam bentuk pohon, bunga dan banyak lagi. Aaahh… Joosss dah :)


Warna warni iCity 


iCity Woods

Esok harinya, setelah aku berpamitan dengan orang tua temanku, kamipun diajak berkeliling lagi ke beberapa tempat di Putra Jaya, setelah sebelumnya menghabiskan Roti Canai yang yummy di Selangor untuk sarapan. Arsitektur dan desain bangunan pemerintahan di kawasan Putra Jaya ini cakeep bangeet!! mulai dari Gedung dewan, sampai Gedung pemerintahan yang memang dibuat cakeeeepp… Sebelum mengarah ke Bandara, kami diajak bertemu dengan keluarga temanku yang kebetulan bekerja sebagai pegawai pemerintahan di situ. Kawasan perumahan pegawai pemerintahan di Malaysia bisa dibilang cakeeppp jugaa, gak mau kalah dengan gedung-gedung megah yang menjadi kantor pemerintahan. Dibuat menyerupai komplek perumahan dengan taman dan kondisi jalan yang terawat, aku jadi pengen daftar PNS ajaa laah di sini! lol :D

Roti Canai-nya wajib dicoba! :p







Diamonds :) 

 Perumahan PNS at Putra Jaya 


Farewell Kuala Lumpur

Perjalanan panjang kamipun akhirnya di mulai menuju ke arah bandara yang lumayan jauh ternyata! Sekitar 1 jam kami berkendara dengan kecepatan di atas 100 kilometer perjam, akhirnya sampai juga kami di terminal khusus pesawat berbiaya murah, LCCT, yang juga mengakhiri perjalanan kami di Malaysia. Setelah berpamitan dengan Temanku, kami pun masuk menuju terminal keberangkatan. Di sini kami melihat adanya perbedaan dengan mesin scan barcode yang sebelumnya tidak berhasil dilakukan di Indonesia, kali ini karena tiket kami yang keduanya melalui mobile check in, kami mau tidak mau harus mencoba mesin itu atau langsung menuju counter check in yang tersedia untuk mencetak boarding pass kami. Saat berada di depan mesin scanner, aku langsung girang karena mesin tersebut bisa membaca barcode yang tertera di layar iPhone ku! ternyata memang bukan hapeku yang error.. legaaaaa :D

Airline favorit untuk keliling Asia :)

Di dalam terminal, setelah sebelumnya melalui proses imigrasi yang saat ini sangat simple, aku duduk dekat dengan gerbang keberangkatan yang tertulis di tiket agar tidak lama mengantri, sementara istriku sibuk mencari makanan untuk mengisi perutnya. Well, aku maklumi karena memang kondisinya yang sedang hamil, porsi makannya sedikit meningkat dari biasanya. Gak berapa lama akhirnya panggilan untuk segera boarding ke pesawat aku dengar. Kamipun segera bersiap-siap lalu mengantri sebentar untuk segera masuk ke pesawat.

Satu hari di Kuala Lumpur, are you kidding me?! there will be next time and I will stay longer than the previous one! that is a promise! Soon ya :)