Sunday, October 27, 2013

The 16 Hours Flight

Jum'at, 27 September 2013 tidak seperti weekend biasanya, aku dan 2 orang rekan kerja lainnya harus bersiap untuk meninggalkan negara kami tercintahhh (halah) selama kurang lebih setahun untuk kembali berjuang di bangku kuliah di tanah sang ratu, Great Britain, di kota London. Dengan persiapan yang sebenarnya belum sempurna karena harus meninggalkan istri dan anak yang masih sedang dalam kondisi imut dan lucu-lucunya, aku harus berangkat dan meraih gelar master yang ditugaskan perusahaan tempatku bekerja. Hmmm.... Inshaallah!

22.30 hari yang sama, kami sudah berdiri di antrian untuk menukarkan tiket kami dengan boarding pass dan menyerahkan bagasi pada petugas check in counter. Antrian untuk penerbangan internasional bisa dibilang sedikit lebih hectic karena kami tidak mulai antri dari awal-awal. Jadilah berdiri sekitar 1 jam untuk bisa akhirnya mendapatkan boarding pass dan melanjutkan ke imigrasi untuk akhirnya sign out dari Indonesia secara resmi.

00.10, sepuluh menit melewati hari Jum'at, kami sudah di persilakan untuk masuk pesawat dan duduk menempati kursi kami yang ternyata terletak sedikit lebih dalam di bagian belakang pesawat. Duduk bersebelahan dengan 2 orang rekan kerja lainnya, kami pun berusaha memulai aktifitas kami yang tertunda, TIDUR! Masih dalam keadaan berusaha merem, pesawat akhirnya tinggal landas dan akhirnya kami tidak jadi tidur selama beberapa saat untuk melihat kelap kelip lampu Jakarta yang semakin menjauh.

DING!! (kalo PING!!! itu Alm. BB... *eh) Seat belt sign is off dan aku pun ikut terjaga karena aku paham dalam beberapa saat pramugari pasti datang membawakan very late dinner :D
Okay, mungkin gak dalam beberapa saat, karena ternyata pesawat yang besar juga pastinya mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Fyuuhh... nasib di kursi belakang yaa giniihh...

Karena ini adalah latepost, Jadi aku lupa waktu itu apa yang aku makan untuk late dinner di Qatar Airways. Dan karena iPhone aku lungsurin ke adik tercintah, jadilah tak ada yang bisa aku capture selama perjalanan pergi ke London ini. Jadi pada post kali ini, hanya ada beberapa foto saja yang bisa aku share di sini. Singkatnya, makan malam saat itu aku habiskan dengan hanya menyisakan buah-buahan karena perjalanan masih panjang dan buah biasanya ampuh untuk melancarkan pencernaan. Aku masih belum bisa membayangkan  bagaimana rasanya bikin hajatan di toilet pesawat :D

Setelah makan malam, kami semua akhirnya terlelap dengan bekal penutup mata yang disediakan oleh airline. Tapi tidak untuk waktu yang lama, karena beberapa jam kemudian, kembali pramugari membangunkan kami untuk memilih menu snack yang ditawarkan, dan lagi-lagi, aku lupa apa yang aku makan saat itu, karena masih dalam status di awang-awang dengan penutup mata masih di jidat. Tidak terlalu bernapsu makan saat itu, akhirnya aku selesaikan snack yang disediakan dan kembali berusaha menutup mata untuk sekedar tidur-tiduran karena berdasarkan informasi, perjalanan ke arah Eropa harus memperbanyak aktifitas tidur di pesawat untuk mengurangi resiko penderitaan Jetlag yang berkepanjangan saat masa-masa awal kedatangan di Inggris nanti. Nah sebaliknya untuk perjalanan pulang ke Indonesia, diusahakan agar bisa selalu terjaga, mungkin dengan banyak nonton film yang disediakan airline, agar proses adaptasi zona waktu bisa dengan cepat disesuaikan.

Kurang lebih 8 jam kami terbang dengan mengalami beberapa turbulensi kecil, kami akhirnya melihat cahaya lampu bandara transit di Doha, Qatar. Tidak lama kemudian kamipun berhasil mendarat sama mulusnya dengan saat lepas landas di Jakarta. Naah disini mulai ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan transit di Doha International Airport. Mulai dari turun pesawat, sampai akan naik ke pesawat selanjutnya. Harus sangat diperhatikan warna dari cover boarding pass yang diberikan saat check in di counter Jakarta, ada beberapa perbedaan warna yang membedakan nantinya harus turun di terminal mana saat transit di Doha.

Cover Boarding pass 

 Keterangan Terminal Transfer


Cover kuning polos, yang aku miliki, menandakan aku dan teman-teman yang lain harus turun di terminal transfer pesawat, which is 2 stop from the aircraft. Pemberhentian pertama adalah untuk kedatangan internasional dan pemberhentian kedua adalah untuk transfer and departure. Di bagian belakang dari cover tersebut tertera di terminal mana kami harus turun dan melanjutkan penerbangan. Warna dari cover tersebut disesuaikan dengan warna terminal pemberhentian. Pada bagian belakang cover juga terdapat Satellite transfer, aku tidak begitu paham soal Satellite transfer karena saat penjelasan video di pesawat, posisi penutup mata masih pada tempatnya di bawah jidat. Jadilah kehilangan informasi mengenai itu. But you can google it though :)

Masuk di terminal transfer, kami melalui serangkaian pemeriksaan lagi dan kembali ikat pinggang, jam tangan dan benda lainnya yang bermuatan metal kami lepas dan masuk ke mesin x-ray. Selesai dengan pemeriksaan yang tanpa masalah, kamipun naik ke lantai atas dan menemukan musholla untuk melakukan sholat subuh di Qatar, yaaaa, di Qatar (padahal gak isya di Jakarta *mingkem). Musholla yang lumayan besar dan sangat nyaman, tapi tidak berbanding lurus dengan tempat wudhu yang memadai. Jadilah aku dan temanku wudhu di wastafel toilet terdekat dari musholla. Setelah sholat kami menemukan ada 1 atau 2 orang yang tidur di musholla, padahal sudah ada larangan dan tempat untuk tidur sudah di sediakan persis di sebelah musholla dengan kenyamanan yang pas, kursi dengan sandaran yang direbahkan dan ruangan digelapkan, sepertinya memang kurang bagi orang-orang yang tidur di musholla bandara ini. Tapi kalau boleh memilih, aku juga bakal milih untuk tidur di musholla, karpetnya empuk, ruangannya nyaman, dan yang paling penting bisa terkapar dan berguling-guling. Jadi itu sebabnya kenapa musholla dilarang sebagai tempat untuk molor! :D

Menjelang keberangkatan, kami masih sibuk dengan ber-BBM (alm) dengan keluarga di Indonesia menggunakan sinyal wi-fi yang disediakan bandara. Baru paham juga ternyata kalau paket BBM di Indonesia masih aktif, selama di luar negeri masih bisa digunakan tanpa perlu beli paket apapun, hanya memerlukan wi-fi. Aku buktikan mulai dari Qatar sampai di London, semuanya bisa digunakan hanya menggunakan wi-fi.
Mendekati waktu keberangkatan, kami mulai menuju kursi terdekat dengan gate keberangkatan kami yang sudah ditentukan dan harus berpisah dengan 1 orang rekan kerja yang kebetulan ketempatan kuliah di Manchester. Well, Good luck for you and all of us!

Tidak lama kami menunggu dan akhirnya panggilan boarding menggema. Cukup lama kami menunggu bis shuttle yang mengantarkan kami ke pesawat, mungkin karena alasan teknis dan lain-lain. Tapi pada akhirnya kami naik dan menuju ke tempat pesawat di parkir. Kali ini kursi kami dipisah, padahal sudah diminta untuk bisa dijadikan sebelahan dalam 1 deret. Iya bener 1 deret, tapi aku di kursi C dan temenku di kursi G atau H. Yaelaaahh, ini sih sederet tapi seberangan! ck ck ck

Penerbangan dari Doha ke London lebih mulus daripada penerbangan sebelumnya karena turbulensi hampir tidak ada atau mungkin tidak terasa dibanding sebelumnya. Tapi aku akui, penerbangan internasional seperti ini benar-benar nyaman dan tidak terasa seperti naik pesawat kecil untuk penerbangan domestik (yaeeeaaalaaaahh... *kampong)

Sarapan pagi di flight ke London aku pilih menu omelet dan teh hangat. Cocok sekali untuk membiasakan perut dengan makanan yang akan di cerna selama 1 tahun ke depan. Dengan tambahan beberapa roti, ajaibnya aku kenyang! yaakkk... perut sudah siap untuk bertahan dengan kondisi makanan ala Inggris nanti, tapi aku masih kurang yakin dengan bagaimana harus beradaptasi dengan toilet paper nantinya sebagai konsekuensi dari kekejaman mulut mengunyah dan menelan makanan. Well, nanti akan sampai ke bagian itu, yang penting dibahas saat ini adalah, aku gak bisa tidur sama sekali. Gawaaatttt pikirku, tengah malam bisa2 kebangun buat sarapan niih!

Kurang lebih 7,5 jam di atas awan dengan menghabiskan waktu menonton film, ngobrol dengan kenalan di kursi sebelah dan ngunyah-ngunyah , akhirnya kami mendarat di Heathrow, salah satu Bandara internasional di London. Selama proses landing aku habiskan dengan mengisi formulir kedatangan Internasional, lebih ke statement bahwa tidak membawa narkoba dan kawan-kawannya serta mengisi data diri untuk urusan imigrasi. Landing adalah saat-saat yang paling mendebarkan, bukan hanya karena ini pertama kali mendarat di London, tapi juga karena kondisi awan yang mendung dan cukup tebal, membuat pesawat bergoyang berirama *duh

Akhirnya pesawat bisa berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan tiba saatnya untuk keluar dan merasakan udara London yang katanya masih hangat tapi ternyata DINGIN! May be for local, 18 degree is warm, but to me is freezing, at the first time. Tapi setelah beberapa minggu tinggal di London dan pernah merasakan suhu 8 derajat, aku sekarang sudah bisa keluar hanya menggunakan kaos oblong, celana pendek dan sandal jepit saat suhu sedang 13 derajat. Not bad for beginner lah yaa :D

Proses imigrasi untuk student ternyata dipisahkan dengan umum, kami punya antrian tersendiri. Ada formulir lagi yang harus diisi mengenai identitas kampus dan lama studi di London. Setelah semua terisi, akhirnya kami bisa melanjutkan ke immigration clearence untuk mendapatkan stempel di paspor dan resmi memasuki wilayah kerajaan Inggris. Saat menghadapi petugas imigrasi, dengan muka standar pegawai imigrasi (seramjudesketus), dia tanya-tanya mengenai nama kampus, jurusan yang diambil dan lama studi. Si bapak cuma melihatku saat mencocokkan foto di paspor dan foto di sertifikat bebas TB, setelah itu gak pake ba-bi-bu langsung cap, aku jalan dengan status resmi sebagai student di Inggris sementara rekan kerjaku masih di interogasi dengan durasi yang cukup lama oleh si ibu imigrasi dengan wajah standar pegawai imigrasi. Ternyata pertanyaan yang ditanyakan ke temanku lebih detail, seperti siapa yang mendanai beasiswa, kenapa temanku yang terpilih sebagai penerima beasiswa, dll. Emang kadang harus punya persiapan cadangan jawaban kalo lagi apes dapetnya pegawai imigrasi yang beginian.

Yaaayy, kami resmi memasuki wilayah Inggris dengan status student! kamipun menuju ke pengambilan bagasi di lantai bawah gedung terminal dan tepat saat sampai di tempat pengambilan bagasi, koperku melintas dengan antengnya. Dengan lecet yang bertambah, dan sedikit ada bekas seperti percobaan buka paksa di kuncinya, aku dan temanku keluar dari terminal melewati pemeriksaan acak yang dilakukan petugas bandara mengikuti jalur hijau (nothing to declare) menuju pintu keluar terminal. Beruntung banget cewek yang di depan kita yang kena random check, coba kalo apesnya nambah, bisa-bisa kita yang kena random check. Alhamdulillah deeh :)

Sampai di pintu keluar Terminal 4 Heathrow, sampailah kami pada 1 pertanyaan besar yang terus dipikirkan selama perjalanan, Nginep dimana?! Well, dengan waktu yang mepet dan persiapan yang juga kurang sempurna, kami memang belum memiliki tempat tinggal di London. Beberapa flat yang aku kontak ternyata belum memberikan jawaban, bahkan sampai kami tiba di London. Keadaan darurat, kamipun sebelumnya sudah menghubungi Wisma Siswa Merdeka di London untuk bisa menginap sementara sampai kami mendapatkan tempat tinggal tetap, dan beruntung wisma saat itu masih available.

Sebelum berangkat ke wisma, kami membeli air mineral (yang ternyata air bersoda *duh) untuk bekal selama perjalanan dari bandara ke wisma. Turun ke lantai terbawah dari Terminal 4, kami membeli tiket Tube (underground train) Picadilly Line menuju ke Wilesden Green, dimana Wisma Siswa Merdeka berlokasi. Selama perjalanan kami celingak celinguk melihat pemandangan pinggiran kota London saat Tube keluar dari terowongan bawah tanah untuk beberapa saat sampai kemudian kembali lagi masuk ke dalam tanah. Turun di Green Park station untuk mengganti kereta dengan jalur Jubilee Line menuju sisi Northwest dari kota London, kami kelimpungan saat harus membawa koper saat pergantian kereta. Beruntung masih ada lift yang bisa kami gunakan untuk sedikit meringankan beban kami.

Sampai kami di Wilesden Green, kami keluar dari station dan mulai untuk mencari alamat dari wisma tujuan kami. Bertanya ke beberapa orang, tidak ada satupun yang tau dimana 44 Dartmouth Road berada, at least nama jalan aja deh. Sampai akhirnya ketemu seorang ibu yang dengan baiknya menelpon kawannya yang tinggal di sekitar situ hanya sekedar bertanya dimana Dartmouth Road berada. Dan ternyata, hanya berjarak kurang dari 100 meter dari station! hadeehhh, tanya kemana-kemana pada gak ngerti tu jalan ada diseberang station. Bener-bener !
Kami seret koper kami menjelajah sepanjang jalan Dartmouth Road untuk menemukan wisma yang dimaksud, dan ternyata lumayan jaraknya dari station. Lumayan karena harus menyeret koper dan masih dalam kondisi baru turun dari pesawat. Tapi pada akhirnya, setelah ditempa keadaan London dimana jalan kaki adalah modal utama, jarak yang tadinya menurut kita jauh, ternyata ya masih jauh, cuma sudah biasa ajaahh... :D

Finally here! 

Safe house :p

Sign in di wisma, dan mendapatkan bed di lantai atas disebelah jendela dan pemanas ruangan, perfect! what a view lah menurutku. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 5 sore dan masih berniat untuk jalan sebentar mencari beberapa perlengkapan. Setelah berkenalan dengan roommates yang lain, aku sempatkan untuk rebahan sebentar untuk sedikit melepas lelah dan akhirnya terbangun pada pukul 2 pagi waktu London, 8 pagi waktu Indonesia bagian barat. Damn jetlag! Akhirnya hari itu tidak sempat berbelanja perlengkapan apapun. Selama minggu pertama di London, jam tidur malam tidak pernah jadi masalah karena terbiasa juga untuk tidur larut selama di Indonesia. Yang jadi masalah adalah, selarut apapun tidurnya, bangunnya pasti antara jam 3 atau jam 4 subuh. Sekali lagi, Damn Jetlag!
Tapi kondisi ini berangsur-angsur normal dalam 2 minggu pertama, dan jam bangun pagi berangsur-angsur naik, dari jam 3, 4, 5 sampai sekarang jam 8 pagi. Well, sholat subuh masih terkejar kok jam segitu, mataharinya belom naek! walaupun jadwal sholat subuh cuma sampai jam 7.40 :p

Wisma's Backyard, Apple and Pear trees!

Awesome first week in London, and the week after, and a month after and a year after!
Cheers :)